Viral, Perusahaan Ini Ancam Pecat Karyawan yang Masih Jomblo

2 weeks ago 13

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah perusahaan bernama Shuntian Chemical Group di Provinsi Shandong, China timur, tengah viral lantaran membuat kebijakan yang tidak biasa. Mereka mengancam akan memecat karyawannya bila masih lajang hingga batas yang telah ditentukan. 

Mengutip South China Morning Post, perusahaan bahan kimia itu diketahui memiliki karyawan lebih dari 1.200 orang. Kebijakan yang dibuat pada Januari lalu bertujuan untuk mendukung usaha pemerintah dalam meningkatkan angka pernikahan.

Perusahaan tersebut mengharuskan karyawannya yang lajang (termasuk yang berstatus cerai) berusia 28 hingga 58 tahun untuk menikah dan berumah tangga paling lambat akhir September tahun ini.

Mereka yang tidak melakukannya paling lambat akhir Maret harus menulis surat kritik diri. Perusahaan tersebut juga mengklaim bahwa mereka mendukung kebijakan yang menekankan nilai-nilai tradisional China seperti kesetiaan dan bakti kepada orang tua.

"Tidak menanggapi seruan pemerintah untuk meningkatkan angka pernikahan adalah tindakan tidak setia. Tidak mendengarkan orang tua bukanlah tindakan berbakti. Membiarkan diri melajang bukanlah tindakan yang baik. Tidak memenuhi harapan rekan kerja adalah tindakan yang tidak adil," demikian isi pengumuman itu.

A couple prepares for their wedding photo session on the Bund in Shanghai, China May 8, 2018. Picture taken May 8, 2018. REUTERS/Aly SongFoto: REUTERS/Aly Song
A couple prepares for their wedding photo session on the Bund in Shanghai, China May 8, 2018. Picture taken May 8, 2018. REUTERS/Aly Song

Shuntian Chemical Group didirikan pada tahun 2001, dan merupakan salah satu dari 50 perusahaan teratas di kota Linyi, tempat perusahaan tersebut mendirikan kantor pusat.

Setelah kebijakan ini viral, Biro Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial setempat mengatakan bahwa mereka telah memeriksa perusahaan tersebut pada 13 Februari lalu.

Menurut Beijing News, dalam waktu kurang dari sehari, Shuntian Chemical Group menyatakan telah mencabut kebijakannya tentang tenggat waktu pernikahan. Dinyatakan pula bahwa tidak ada pegawai yang dipecat karena status perkawinan.

Seorang staf pemerintah mengatakan bahwa pemberitahuan perusahaan tersebut melanggar Undang-Undang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Kontrak Kerja China.

Profesor di Sekolah Hukum Universitas Peking, Yan Tian, mengatakan kepada Beijing News bahwa kebijakan tersebut bertentangan dengan kebebasan menikah dan karenanya tidak konstitusional.

Yan mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan China tidak seharusnya meminta pelamar kerja untuk membuat rencana pernikahan atau kelahiran anak berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan, meskipun pada kenyataannya hal itu biasanya tidak terjadi.

Jumlah pernikahan di China turun ke titik terendah baru, yaitu hanya 6,1 juta tahun lalu, turun 20,5 persen dari 7,68 juta pada tahun sebelumnya.

China mencatat 9,54 juta bayi baru lahir tahun lalu, meningkat 520.000 bayi dari tahun 2023. Ini adalah kenaikan pertama sejak tahun 2017.

Namun, seorang demografer di Lembaga Penelitian Populasi YuWa China, He Yafu, mengatakan kenaikan tersebut hanya terjadi karena banyak keluarga yang lebih menyukai anak yang lahir di Tahun Naga.

Kurangnya minat kaum muda untuk menikah bahkan mendorong beberapa pemerintah untuk memberikan insentif bagi mereka yang ingin menikah. Sebuah kota di Provinsi Shanxi, China bagian tengah menawarkan hadiah sebesar 1.500 yuan (Rp 3,3 juta) kepada wanita di bawah usia 35 tahun dan pria yang menikah untuk pertama kalinya.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Penyebab Tiket Konser Musik RI Lebih Mahal dari Singapura Cs

Next Article Peringkat Klasemen Indonesia usai Kalah 1-2 dari China

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |