RI Kaya Gas Bumi: Jangan Sampai 'Bagai Tikus Mati di Lumbung Padi'

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia kaya akan sumber daya gas. Terbukti, bahwa tanah air tercinta ini masih memiliki sekitar 128 Basins atau cekungan minyak dan gas bumi (migas), dengan 68 basins di antaranya belum dieksplorasi.

Sekarang, terdapat beberapa ladang gas raksasa yang 'punya nama' dengan produksinya yang besar. Akan tetapi, produksi dari gas lapangan-lapangan belum bisa terlaksana pada tahun-tahun ini, paling tidak baru bisa menyemburkan gas pada tahun 2027-2030-an.

Ambil contoh, proyek IDD dan Geng North ditargetkan bisa mulai onstream pada tahun 2027. Kemudian, Blok Masela yang ditarget onstream pada 2029 dan juga Blok Andaman yang ditarget juga pada tahun 2030-an.

Pasokan Mulai Menipis

Nah, di tengah banyaknya lapangan-lapangan gas raksasa itu, jangan sampai gas di Indonesia 'Bagai Tikus Mati di Lumbung Padi'. Dalam arti, kaya dan makmur akan gas tapi tak dapat dinikmati.

Namun belakangan tersiar kabar bahwa hal ini sudah nampak di depan mata, produksi gas di tahun 2025 ini sedang mengalami penurunan, suplai gas sedang megap-megap.

Contohnya saja, PT PGN (Persero) yang memprediksi adanya potensi kekurangan pasokan gas bumi hingga tahun 2035. Direktur Utama PGN Arief Setiawan Handoko mengatakan bahwa Indonesia berpotensi kekurangan pasokan gas bumi hingga 10 tahun mendatang.

"Profil gas balance PGN periode 2025 sampai 2035 mengalami tren penurunan. Di sini yang akan sedikit lebih mengkhawatirkan di mana sejak 2025 short dari gas balance kita dari 2025 sampai ke 2035 itu shortage-nya semakin membesar sampai minus 513 (MMSCFD)," ujar Arief dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi XII DPR RI, Jakarta, dikutip Rabu (30/4/2025).

Dia menyebut, kondisi kekurangan pasokan gas sejatinya sudah terjadi saat ini dan akan terus berlanjut hingga tahun 2035 mendatang. Penyebab utamanya, kata Arief, adalah karena penurunan produksi gas dan belum ditemukannya sumber gas baru untuk mengimbangi penurunan produksi tersebut.

"Nah, kondisi defisit ini sudah terjadi sejak tahun 2025 dan ini dipengaruhi atau disebabkan utamanya karena penurunan natural atau natural declining dari pemasok yang belum dapat diimbangi dengan temuan cadangan dan produksi dari lapangan gas bumi baru," tambah Arief.

Sebagai solusi jangka panjang untuk mengantisipasi kekurangan gas Indonesia adalah dengan memanfaatkan regasifikasi LNG, yang setidaknya bisa diperoleh dari tiga sumber yakni Kilang LNG Tangguh, Bontang, dan Donggi Senoro.

Tak cuma PGN, Wakil Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Achmad Widjaja mengungkapkan bahwa berbagai industri dalam negeri sudah mengalami kekurangan pasokan gas.

Achmad mengungkapkan, penurunan pasokan gas setidaknya berdampak pada beberapa industri, khususnya penerima kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Dia menyebut, industri yang telah mengalami kekurangan pasokan gas, terutama adalah industri keramik, kaca, dan baja. "Dari tujuh sektor yang mendapat HGBT, itu sudah dikatakan bahwa kita di setiap linier, terutama yang keramik, kaca dan baja, pasti shortage (kekurangan gas)," katanya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, dikutip Rabu (30/4/2025).

Pemanfaatan Gas Meningkat

Mengutip laporan kinerja Dirjen Migas tahun 2024, produksi gas bumi sampai akhir tahun 2024 sejatinya mengalami peningkatan menjadi 1.215 mboepd atau 6.802 BBTUD dibandingkan produksi gas pada tahun 2023 yang hanya 1.184 mboepd.

Sementara itu, pemanfaatan gas bumi domestik di Indonesia terus meningkat, hingga 2024 pemanfaatan gas bumi untuk domestik telah mencapai 67,08 % dengan total volume penyaluran mencapai 5.785,92 BBTUD. Sementara itu persentase gas bumi untuk ekspor pada tahun 2024 sebesar 1.904,57 BBTUD, angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan volume ekspor gas bumi periode 2023 yaitu sebesar 1.794 BBTUD.

"Secara bertahap, pemerintah telah menurunkan porsi ekspor gas dan/atau LNG yang pada umumnya dalam bentuk kontrak jangka panjang, dan mengalihkan ke dalam negeri melalui kebijakan yang mengutamakan pemanfaatan gas untuk pemenuhan kebutuhan gas bumi di dalam negeri," terang laporan kinerja Ditjen Migas Kementerian ESDM, Hal 44, dikutip Rabu (30/4/2025).

Berikut data Realisasi penerima gas RI (dalam BBTUD):

BBG: 3,95

City Gas: 15,48

Domestik LPG: 77,13

Lifting Minyak: 219,52

Domestik LNG: 695,34

Kelistrikan: 706,98

Pupuk: 690,26

Ekspor Gas Pipa: 547,86

Ekspor LNG: 1.356,71

industri: 1.472,71

Cadangan Gas Bumi Turun

Jumlah cadangan gas bumi dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan, terbukti dari tahun 2020 cadangan gas bumi di Indonesia mencapai 47,10 Trillion Cubic Feet (TCF), yang turun menjadi 44,63 TCF di 2021. Lalu 42,03 TCS di 2022, kemudian menjadi 39,38 di 2023. Nah, di tahun 2024, cadangan gas bumi RI turun lagi menjadi 36,73 TCF.

Penurunan ini pun diakui dalam laporan kinerja Ditjen Migas tahun 2024, di mana, cadangan gas bumi nasional cenderung menurun dari tahun ke tahun karena belum ditemukannya cadangan baru yang besar, sementara produksi gas bumi cenderung meningkat. Rasio cadangan terhadap produksi (R to P) gas bumi Indonesia pada tahun 2024 mencapai 13,59 tahun, sedikit di atas target tahun 2024 sebesar 13,58 tahun, namun menurun dibandingkan realisasi tahun 2023 yang mencapai 14,59 tahun.

Selama lima tahun terakhir, Rasio cadangan terhadap produksi (R to P) gas bumi Indonesia terus menurun. Untuk itu diperlukan langkah-langkah strategis seperti kebijakan pemerintah untuk terus mendorong eksplorasi dan pengembangan lapangan-lapangan gas baru, termasuk proyek strategis seperti Gendalo-Gehem dan Indonesia Deepwater Development (IDD) yang diharapkan dapat menambah produksi gas nasional dalam beberapa tahun mendatang.

"Kebutuhan gas bumi diperkirakan stabil hingga 2033. Penambahan kapasitas suplai gas akan dapat dicapai ketika beberapa proyek gas bumi dapat onstream pada akhir 2027. Sementara Existing Supply masih dapat memenuhi kebutuhan gas bumi terkontrak (Contracted Demand)," mengutip Neraca Gas Bumi, di Laporan Kinerja Tahun 2024, Halaman 65.

"Produksi gas Indonesia diperkirakan akan menurun dalam beberapa tahun mendatang disebabkan oleh penurunan alami sumur-sumur gas eksisting. Pemerintah terus melakukan pencarian terhadap lapangan-lapangan gas baru melalui proses eksplorasi, namun hal tersebut membutuhkan waktu dan investasi yang cukup besar. Pemutakhiran konsep Neraca Gas Bumi dilakukan secara periodik, serta pembahasan penetapan oleh Menteri ESDM ke depannya,"

Impor LNG?

Indonesia saat ini sedang melakukan negosiasi perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) setelah penetapan kebijakan tarif resiprokal oleh Presiden Donald Trump. Salah satu yang sedang dinegosiasikan adalah berkenaan dengan impor komoditas termasuk minyak, LPG dan Liquefied Natural gas (LNG)

Sri Mulyani menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia tengah mengupayakan peningkatan impor sejumlah komoditas strategis dari Amerika Serikat, termasuk minyak, gas alam cair (LNG), serta produk pertanian seperti gandum, kedelai, dan jagung. Hal tersebut disampaikan dalam wawancara bersama CNBC International, dikutip Senin (28/8/2025).

Sri Mulyani menekankan bahwa meskipun Indonesia merupakan negara penghasil minyak dan gas, kapasitas produksinya masih belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu, Sri Mulyani mengungkapkan Pemerintah Indonesia melihat peluang untuk meningkatkan impor energi, khususnya LNG, dari Amerika Serikat.

"Jadi ini semua adalah area di mana kita tentu dapat melakukan outsourcing minyak dan gas dari Amerika Serikat, termasuk produk Boeing dan sebagainya. Ada juga beberapa komoditas serta produk manufaktur di mana kita dapat mempersempit, mengurangi, atau bahkan menghilangkan surplus ini," tegasnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pasokan LNG dalam negeri masih mencukupi untuk kebutuhan domestik.

"Sampai dengan hari ini kami menganggap bahwa kebutuhan masih tercukupi dari dalam negeri. Sampai dengan sekarang ya," kata Bahlil ditemui usai pelantikan di Gedung Kementerian ESDM, Senin (28/4/2025).

Di samping itu, Bahlil menambahkan bahwa dari hasil pembicaraan dengan Presiden Prabowo Subianto, tidak pernah sedikitpun disinggung terkait rencana impor LNG dari AS. Oleh sebab itu, ia pun enggan mengomentari lebih lanjut perihal kabar tersebut.

"Jadi saya nggak tahu lah. Saya nggak boleh mengomentari, tapi saya menjelaskan tentang apa yang saya lakukan ya jangan dipelintir lain-lain ya," katanya.

Bahlil mengungkapkan bahwa apa yang menjadi fokus pemerintah saat ini adalah terkait upaya menekan defisit neraca perdagangan antara AS dan Indonesia. Salah satunya dengan menambah impor komoditas di sektor energi seperti LPG, BBM, dan minyak mentah.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Indonesia Dihantui Krisis Gas, Pembatasan Ekspor Jadi Solusi?

Next Article Video: Kisah Sukses Pertagas Sepanjang 2024, Bikin Laba Tumbuh 8%

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |