Tiga Negara Ini Jadi Panglima Armada Pengiriman Laut di Dunia

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia- Struktur kepemilikan armada pengiriman global mengalami konsentrasi yang semakin kuat memasuki 2025. Melansir dari UNCTAD & Voronoi hanya tiga negara Yunani, China, dan Jepang yang kini menguasai lebih dari 40% kapasitas armada dunia berdasarkan dead weight tonnage (DWT).

Jika dihitung berdasarkan jumlah kapal, ketiganya juga mengendalikan hampir sepertiga dari seluruh armada yang beroperasi secara global.

Yunani tetap menjadi pemilik kapal terbesar dunia ketika pengukuran dilakukan berdasarkan kapasitas. Negara ini memegang pangsa 16,4% dari total tonase global, mempertahankan posisinya sebagai pemimpin tradisional dalam industri pelayaran. Namun posisi puncak berubah ketika kapasitas China dan Hong Kong digabungkan.

Dengan menggabungkan kepemilikan kapal antara China daratan dan Hong Kong, kapasitas total melesat hingga mencapai 20,2% dari armada global, menjadikan China sebagai pengendali armada terbesar di dunia.

Dominasi ini mencerminkan percepatan strategi maritim China, baik untuk mengamankan jalur perdagangan maupun memperluas pengaruh ekonominya lewat infrastruktur pelayaran. Jepang menyusul di posisi berikutnya dengan porsi 9,9% dari kapasitas global, yang tetap menempatkannya sebagai kekuatan besar dalam pengiriman barang internasional.

Di belakang tiga pemain utama tersebut, Singapura muncul sebagai salah satu pusat pelayaran paling berpengaruh secara global dengan porsi 6,3% kapasitas armada.

Negara-kota ini terus menjadi episentrum logistik Asia berkat ekosistem pelabuhan yang efisien, layanan keuangan maritim yang maju, dan daya tarik sebagai hub untuk registrasi kapal. Sejumlah negara Eropa tetap hadir dalam jajaran pemilik armada teratas, termasuk Jerman yang menguasai 3% kapasitas dan Inggris dengan 2,4%.

Secara keseluruhan, sepuluh negara pemilik armada terbesar dunia kini menguasai 67,3% kapasitas maritim global, menciptakan lanskap kepemilikan yang sangat terkonsentrasi dan berpotensi memengaruhi biaya logistik serta distribusi jalur perdagangan dunia.

Kepemilikan kapal juga memperlihatkan praktik registrasi yang menjadi ciri khas industri maritim modern. Sebagian besar kapal yang dimiliki negara-negara besar tidak berlayar di bawah bendera negara pemiliknya, melainkan terdaftar sebagai kapal berbendera asing. Praktik ini lazim dilakukan untuk mengurangi biaya operasional, mengakses rezim pajak yang lebih kompetitif, dan memperoleh fleksibilitas regulasi yang lebih longgar.

Dalam daftar negara pemilik kapal terbesar, hanya Hong Kong yang menampilkan perbedaan signifikan, karena kapasitas kapal berbendera asing di wilayah tersebut justru berada di bawah 50% dari total armada yang mereka miliki. Fenomena ini menunjukkan karakter unik pasar maritim Hong Kong yang lebih terintegrasi dengan regulasi domestik dan memiliki daya tarik sebagai pusat registrasi kapal sendiri.

Selain itu, China tercatat memiliki armada terbesar secara jumlah dengan lebih dari 10.440 kapal, di mana sebagian besarnya justru berbendera asing. Yunani, meski unggul dalam kapasitas tonase, memiliki sekitar 5.124 kapal.

epang menyusul dengan 4.083 kapal yang hampir seluruhnya terdaftar di luar negeri. Sementara itu, Singapura memiliki 2.922 kapal yang tersebar antara registrasi nasional dan asing. Negara-negara lain seperti Korea Selatan, Jerman, Taiwan, Uni Emirat Arab, dan Inggris juga memainkan peran penting sebagai pemilik armada, meskipun tidak mendominasi sebagaimana tiga negara teratas.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |