Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Investasi dan Hilirisasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah tengah menjajaki kerja sama dengan perusahaan asal Prancis yakni Eramet untuk pengembangan proyek hilirisasi dalam negeri.
Rosan mengatakan, Eramet akan mengembangkan proyek hilirisasinya di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara, bersama dengan mitranya yakni perusahaan asal China, Tsingshan Group, dalam proyek ekosistem baterai kendaraan listrik.
"Karena sudah disebutkan, Eramet saya ketemu investasi lebih lanjut lagi. Karena Eramet ini adalah pemegang juga saham bersama-sama dengan Tsingshan," katanya saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (29/4/2025).
Rosan yang juga menjabat sebagai CEO Danantara, mengaku sudah mendorong pendanaan dari Danantara untuk proyek hilirisasi di Indonesia, termasuk untuk proyek bekerja sama dengan Eramet.
"Saya kemarin bertemu dengan Pak Pandu juga, bersama. Mengajak Danantara juga untuk investasi bareng gitu. Nah, kita terbuka gitu ya," tambahnya.
Hal itu dinilai lantaran Eramet sendiri sebagai perusahaan mineral kelas kakap di Eropa dan disambut oleh pemerintah untuk bisa berkolaborasi di Indonesia.
"Karena kembali lagi, investasinya juga di bidang hilirisasi. Karena mereka juga salah satu yang terbesar di Eropa untuk investasi di hilirisasi ini," tandasnya.
Asal tahu saja, Eramet adalah salah satu investor dalam sektor pertambangan dan industri hilir, terutama nikel. Eramet telah beberapa kali menyampaikan komitmennya kepada Pemerintah Indonesia untuk mendukung hilirisasi industri melalui investasi dalam pengembangan fasilitas manufaktur hijau untuk memproduksi baterai Electric Vehicle, terutama di Weda Bay, Halmahera Tengah.
Perusahaan Prancis ini mulai melakukan eksplorasi tambang nikel di Halmahera, Maluku Utara, melalui kepemilikan saham di PT Weda Bay Nickel (WBN) pada 2006. Eramet memiliki saham di WBN ini melalui akuisisi saham dari Strand Minerals.
Pada 2017 membantu usaha patungan (joint venture) dengan perusahaan China, Tsingshan. Kemudian, pada 2020 tambang nikel WBN ini mulai beroperasi, sejalan dengan berjalannya Kawasan Industri PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), yang dikelola Tsingshan.
Pada 2022, Eramet dan perusahaan kimia asal Jerman, BASF, sempat berencana untuk membangun pabrik hidrometalurgi nikel di Sonic Bay, Halmahera. Rencananya pabrik yang akan dibangun ini untuk menghasilkan nikel dan cobalt, material penting untuk baterai kendaraan listrik. Tapi sayangnya, pada 2024 keduanya memutuskan untuk tidak melanjutkan proyek ini.
Pada 2022 Eramet juga membentuk anak usaha khusus di Indonesia, PT Eramet Indonesia Mining.
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Video:Sumbang 23% Total Investasi RI Disumbang Dari Hilirisasi Tambang
Next Article Prancis Tiba-Tiba Minta Terpidana Mati yang Ditahan RI