Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan ekonomi serta semakin terkurasnya tabungan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ikut mengubah pola konsumsi produk kecantikan. Konsumen tidak hanya makin selektif tetapi mengurangi pembelian produk kecantikan yang dirasa kurang perlu.
Perubahan pola belanja juga terlihat dalam kategori kecantikan. Berdasarkan survei Venas Skincare Habit 2024, sebanyak 63% responden mengurangi frekuensi belanja produk skincare, naik signifikan dibandingkan 54% di 2023 dan 51% di 2022.
Tidak hanya itu, 41% responden juga menekan pengeluaran untuk produk kecantikan, sementara hanya 24% yang tetap mempertahankan anggarannya.
Secara umum, konsumen mulai mengubah pola belanja produk skincarenya pada 2024 menjadi lebih sederhana.
Dalam kategori produk yang dikorbankan, serum menjadi salah satu yang pertama dieliminasi. "Serum kalau di-cut juga nggak masalah. Yang penting sunscreen dan moisturizer," ujar seorang responden berusia 24 tahun kepada Venas Consulting.
Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai menerapkan strategi belanja yang lebih ketat, berfokus pada produk esensial dan mencari alternatif yang lebih terjangkau. Bahkan, beberapa konsumen kini lebih mempertimbangkan pembelian berdasarkan diskon yang maksimal sebelum checkout.
Data Venas Consulting juga menunjukkan pengeluaran bulanan yang dihabiskan untuk belanja produk skincare. Bila sebelumnya banyak yang menghabiskan Rp 5 juta per tahun untuk produk kecantikan maka angkanya kini turun menjadi sekitar Rp 3 juta.
Foto: Venas Consulting
Pengeluaran untuk produk kecantikan
Branding & Project Development Venas Coonsulting, Affi Assegaf, mengatakan ada prioritas pergeseran pembelian dalam belanja skin care.
"Kini mereka menuju pola belanja yang sederhana. Daripada menghabiskan (uang) untuk serum, mereka kini pilih yang basic skin care seperti pelembab," ujar Affi dalam acara Female Daily Future Beaut Summits 2025, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dia menambahkan ada market sensitive price yang sudah terlihat jelas. Menurutnya, konsumen memang membutuhkan produk kecantikan untuk merawat diri tetapi konsumen juga mempertimbangkan harga.
"Yang dipilih kebutuhan yang essential. Mereka nyari feel luxury tapi harga tidak terlalu premium,"imbuhnya.
Dalam survei Venas terlihat bahwa produk pilihan utama adalah sunscreen, cleanser atau pembersih dan pelembab. Serum kini tidak lagi menjadi pilihan.
Foto: Venas Consulting
Produk skincare yang selalu dipakai - Top 3
Tabungan Masyarakat Terkuras
Data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan bahwa indeks tabungan kelompok bawah terus melemah hingga menyentuh level 79,4 pada Februari 2025, lebih rendah dari Februari 2024 (82,4). Sementara itu, kelompok menengah mencatat level tabungan terendah sejak Maret 2024.
Dengan semakin terdepresiasinya indeks tabungan kelompok bawah, artinya semakin banyak masyarakat yang melakukan makan tabungan ('mantab') untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Foto: MSI
Indeks tabungan masyarakat
Pergeseran daya beli ini berakibat pada peralihan belanja ke kebutuhan primer. Data menunjukkan bahwa porsi belanja supermarket meningkat menjadi 15,9%. Belanja restoran supermarket sudah memakan porsi 35,6% atau hampir 40%. Proporsi sport, hobby, dan entertainment yang cenderung menurun atau mengalami normalisasi sejak akhir 2024 atau sekitar tiga bulan lalu. Hal ini mengindikasikan bahwa tren pengeluaran yang semakin beralih ke kebutuhan yang lebih primer. Belanja sport, hobby, dan entertainment terdepresiasi dari 7,7% ke 6,5%. Kenaikan proporsi nilai belanja juga terefleksi dalam hal household yakni dari 12,8% ke 13,1%.
Data tersebut mengindikasikan jika belanja masyarakat saat ini hanya terkonsentrasi kepada kebutuhan pokok dan primer, seperti makanan dan kebutuhan sehari-hari.
Foto: MSI
Porsi belanja masyarakat
Di sisi lain, pola deflasi yang terjadi dua bulan beruntun (Januari - Februari 2025) semakin mengindikasikan lemahnya konsumsi masyarakat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan deflasi sebesar -0,48% secara bulanan dan -0,09% secara tahunan, pertama kalinya dalam 25 tahun terakhir.
Dalam kondisi ekonomi yang menekan daya beli, industri kecantikan perlu menyesuaikan strategi mereka. Dengan semakin banyak konsumen yang lebih selektif dalam membeli produk, brand perlu fokus pada produk esensial seperti sunscreen dan moisturizer, serta menawarkan promo yang lebih menarik untuk tetap kompetitif di pasar.
Selain itu, pendekatan inovatif seperti personalisasi produk menggunakan AI dan formulasi yang lebih sesuai dengan preferensi konsumen dapat menjadi strategi yang efektif untuk menghadapi tantangan ini. Dengan perubahan pola belanja ini, hanya brand yang mampu beradaptasi yang akan bertahan di tengah dinamika ekonomi yang semakin menantang.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)