Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) diprediksi bakal makin parah. Penyebab utamanya bukan lagi hanya kondisi ekonomi global, tapi juga karena kecerdasan buatan (AI).
Perusahaan teknologi dunia mulai menekan jumlah tenaga kerja seiring efisiensi yang ditawarkan AI.
Terbaru, perusahaan keamanan siber asal AS, CrowdStrike, memangkas 5% karyawan mereka pada Mei lalu. Alasannya karena AI mendorong efisiensi lebih baik di seluruh bagian operasional.
CEO e-commerce raksasa Shopify, Tobi Lutke, bahkan menyatakan bahwa manajer hanya boleh mengajukan tambahan tenaga kerja jika bisa membuktikan tugas tersebut tidak bisa diselesaikan oleh AI.
"AI kini bukan hanya menjadi penasihat, tapi juga pelaksana langsung pekerjaan untuk merchant kami. Ini adalah perubahan besar," kata Lutke, dikutip dari NBCNews, Kamis (19/6/2025).
Perusahaan platform belajar bahasa, Duolingo, mengambil langkah serupa. CEO Duolingo, Luis von Ahn, secara terbuka menyatakan bahwa perusahaannya akan mengurangi penggunaan kontraktor dan menggantinya dengan AI.
"Kami secara bertahap akan berhenti menggunakan kontraktor untuk pekerjaan yang bisa ditangani oleh AI," tulis Ahn, dalam memo kepada karyawan pada Mei.
"Penambahan tenaga kerja hanya akan diberikan jika suatu tim tidak bisa lagi mengotomatisasi pekerjaannya," imbuhnya
Langkah lebih ekstrem disampaikan CEO BT, raksasa telekomunikasi Inggris. Ia menargetkan pengurangan 40.000 pegawai dalam 10 tahun ke depan. Dan jumlah itu, katanya, belum sepenuhnya mencerminkan potensi penghematan dari pemanfaatan AI ke depan.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
15 Pekerjaan Terancam PHK Massal, Ganti Profesi Sebelum Telat