3 weeks ago
11
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) mengungkapkan bahwa biaya perbaikan akibat kebakaran yang terjadi di area smelter Manyar di Gresik mencapai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun (asumsi kurs Rp 16.330).
Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas mengungkapkan meski biaya perbaikan tersebut tergolong cukup besar, namun biaya perbaikan sepenuhnya ditanggung oleh pihak asuransi.
Menurut Tony, surat resmi dari asuransi juga telah diterbitkan pada Desember 2024 dan telah disampaikan kepada pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Total kerugian di sini bukan kerugian total, biaya kerusakan itu kira-kira 100 juta dolar lebih, dan sepenuhnya ditanggung oleh pihak asuransi," ujar Tony dalam RDP bersama Komisi XII DPR RI, dikutip Kamis (20/2/2025).
Selain itu, dampak finansial yang ditimbulkan juga cukup besar. Pasalnya, selama smelter tidak beroperasi, konsentrat yang diproduksi di Papua hanya 40% yang dapat diolah di PT Smelting Gresik.
"Karena dengan tidak bisa berproduksinya smelter tersebut, konsentrat yang kami produksi di Papua itu hanya 40% yang bisa dikonsumsi oleh PT Smelting di Gresik, sehingga sisanya memang menjadi idle," ujarnya.
Adapun, dengan harga pasar saat ini, nilai konsentrat yang belum diolah tersebut diperkirakan mencapai lebih dari US$ 5 miliar atau setara Rp 81,65 triliun.
Dari jumlah tersebut, potensi penerimaan negara yang hilang dari bea keluar, royalti, dividen, dan pajak perseroan sekitar US$ 4 miliar atau setara dengan Rp 65 triliun.
"Di mana dari 5 miliar dolar itu pendapatan negara berupa bea keluar, royalti, dividen, pajak perseroan badan, itu akan bisa mencapai 4 miliar dolar, atau sekitar Rp 65 triliun," katanya.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Usai Dilantik, Banyak PR Menanti Kepala Daerah Dongkrak Ekonomi
Next Article Top! Freeport Jadi Tambang Tembaga Hulu Hilir Terbesar di Dunia
