Jakarta, CNBC Indonesia -Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) masih mencatat surplus pada kuartal IV-2024 ataupun sepanjang tahun. Namun, semakin kecilnya aliran modal asing di portofolio dan investasi langsung patut diwaspadai. Di sisi lain, defisit transaksi berjalan semakin melebar pada tahun ini.
Bank Indonesia (BI) pada hari ini (20/02/2025) baru merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan Transaksi Berjalan pada kuartal IV-2024 dan sepanjang 2024.
NPI pada kuartal-IV 2024 mencatat surplus sebesar US$7,9 miliar, meningkat dibandingkan dengan surplus kuartal sebelumnya sebesar US$5,9 miliar. Kenaikan surplus NPI tersebut ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat serta defisit transaksi berjalan yang lebih rendah.
Surplus NPI sepanjang 2024 tercatat sebesar US$7,2 miliar. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak 2021 atau tiga tahun terakhir yang saat itu tercatat surplus NPI sebesar US$13,46 miliar.
Investor Asing Ogah Investasi di RI?
Kendati masih membukukan surplus, NPI dibayangi dua kabar negatif yakni melebarnya defisit transaksi berjalan selama setahun penuh serta kaburnya investasi langsung dan portofolio pada kuartal IV-2024.
Apabila dilihat lebih dalam, investasi langsung dan portofolio pada kuartal IV-2024 cenderung lebih rendah bahkan defisit. Investasi langsung pada kuartal IV-2024 tercatat US$2,8 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan pada kuartal III-2024 yang tercatat US$ 4,93 miliar.
Investasi langsung merupakan investasi yang berdampak besar terhadap penciptaan lapangan kerja dan ekonomi. Perusahaan langsung membangun pabrik atau kantor yang beroperasi di dalam negeri.
Sementara itu, investasi portofolio pada kuartal IV -2024 tercatat defisit US$2,5 miliar. Kondisi ini berbanding terbalik dengan surplus US$ 9,6 miliar.
Investasi portofolio merujuk pada investasi di surat berharga dan saham.
Investasi portofolio sisi kewajiban sektor publik mencatat aliran masuk neto dana asing sebesar US$1,1 miliar, lebih rendah dibandingkan US$9,4 miliar pada kuartal III-2024.
Penurunan tersebut bersumber dari instrument jangka pendek terutama pada Surat Berharga Bank Indonesia (SRBI) yang mencatat aliran keluar neto dana asing sebesar US$1,9 miliar.
Selain itu, penurunan aliran masuk dana asing juga berasal dari instrument jangka panjang, yaitu Surat Utan Negara (SUN) rupiah dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Pada kuartal IV-2024, transaksi SUN dan SBSN mencatatkan net inflow yang lebih kecil dari kuartal sebelumnya, yaitu masing-masing US$0,3 miliar dan US$30 juta.
Dengan perkembangan tersebut, posisi kepemilikan asing instrument SUN rupiah pada akhir kuartal IV-2025 mencapai US$53 miliar atau 17,4% dari total posisi SUN rupiah.
Sedangkan posisi kepemilikan asing dalam instrument SRBI pada akhir kuartal IV-2024 mencapai US$13,9 miliar atau sebesar 24,3% dari total SRBI.
Foto: Perkembangan Investasi Portofolio
Sumber: Bank Indonesia
Derasnya investasi asing keluar dari Tanah Air terjadi pasca Donald Trump menang dalam pertarungannya melawan Kamala Harris dalam kontestasi politik merebut jabatan Presiden AS.
Ketika Trump dinyatakan menang dan menjadi Presiden Terpilih AS, dana asing tampak keluar dengan derasnya dari pasar keuangan Indonesia. Investor asing lebih memilih kabur dari Indonesia dan menanamkan modalnya di Amerika Serikat.
Lebih dari US$50 miliar tercatat dana asing keluar lewat pasar saham, SBN, maupun SRBI.
Dalam periode kuartal IV-2024, sempat terjadi foreign outflow selama sembilan pekan beruntun yakni sejak pekan kedua Oktober 2024 hingga pekan pertama Desember 2024.
Transaksi Berjalan Defisit 7 Kuartal Beruntun
Transaksi berjalan Indonesia terpantau defisit selama tujuh kuartal beruntun atau sejak kuartal II-2023 hingga kuartal IV-2024 dengan total defisit sebesar US$13,8 miliar.
Sementara untuk keseluruhan 2024, neraca transaksi berjalan tercatat defisit US$8,9 miliar (0,6% dari PDB), lebih dalam dibandingkan defisit pada 2023 yang sebesar US$2 miliar (0,1% dari PDB).
Defisit transaksi berjalan pada 2024 bahkan yang terdalam sejak 2019 atau dalam lim tahun terakhir.
Pelebaran defisit ini terjadi bersumber dari penurunan surplus neraca perdagangan barang serta kenaikan defisit neraca jasa dan pendapatan primer, di tengah surplus neraca pendapatan sekunder yang meningkat.
Dengan defisit transaksi berjalan yang semakin melebar, maka hal ini dapat berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia serta persepsi investor asing terhadap Indonesia, seperti:
- Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
- Pertumbuhan ekonomi melambat
- Pengangguran meningkat
- Rentan terhadap tekanan eksternal
- Menjauhi minat investor asing
Seperti yang diketahui, transaksi berjalan sendiri merupakan gambaran arus uang yang keluar masuk melalui sektor-sektor riil. Sementara transaksi di sektor riil ini lebih bertahan lama, tidak mudah keluar dan masuk dengan cepat. Berbeda dengan sektor keuangan, seperti saham, di mana investor bisa dalam satu kedipan mata menarik modal dari Indonesia.
Neraca transaksi berjalan merupakan salah satu indikator penting dalam menunjukkan performa makroekonomi suatu negara dari sisi eksternal, yang juga merupakan cerminan dari perekonomian internal, seperti ekspor dan impor di sektor rill, serta penerimaan dan pengeluaran di sektor fiskal (pemerintah).
Saat neraca transaksi berjalan mengalami defisit (Current Account Deficit/CAD), ada lebih banyak uang yang keluar dari Indonesia ketimbang yang masuk. Apalagi jika jumlahnya sangat besar, artinya banyak sekali uang yang berhamburan ke luar negeri atau dengan kata lain, negara tersebut kekurangan dana tabungan untuk investasi domestik, sehingga harus meminjam/berutang ke negara lain.
Defisit transaksi berjalan juga bisa menandai besarnya defisit transaksi berjalan karena impor yang membengkak. Kondisi ini membuat pasokan dolar di sebuah negara menipis karena kebutuhan impor lebih tinggi dibandingkan pasokan dari ekspor.
Dalam jangka panjang karena defisit neraca transaksi berjalan dapat membawa pada kondisi krisis ekonomi yang serius. Indonesia pernah mengalami hal tersebut pada 2013-2014.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)