Presiden Suriah Ngamuk! Bunuh Calon Menteri yang Ternyata Intel Israel

5 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Di Suriah, ada satu nama yang sangat dihormati dan kerap menjadi sorotan media. Dia adalah Kamel Amin Thaabet, pengusaha tekstil kenamaan yang berhasil menembus lingkar kekuasaan Suriah.

Selain akibat kekayaan, nama Kamel juga harum karena dianggap visioner. Dia aktif memberi masukan demi kemajuan ekonomi dan militer negeri. Alhasil, dia tak hanya dipandang sebagai pengusaha sukses, tapi juga negarawan.

Namun, sekitar tahun 1964, hidup Kamel memasuki babak baru yang tak disangka siapapun.

Suatu hari, Kamel dipanggil sahabat dekatnya, Jenderal Amin el-Hafiz, ke Istana Kepresidenan Damaskus. Di ruangan sudah hadir para jenderal dan menteri. 

Sejak kudeta militer pada 8 Maret 1963, el-Hafiz menjabat sebagai Presiden Suriah. Kini, dia butuh sosok yang paham ekonomi, punya jaringan internasional, sekaligus loyal terhadap negara. Tujuannya untuk menarik investasi di sektor pertahanan negara. 

Di hadapan semuanya, el-Hafiz menyampaikan tawaran langsung kepada Kamel.

"Apakah kamu bersedia menerima pekerjaan ini,?" tanya el-Hafiz, dikutip dari Our Man in Damascus: Elie Cohn karya Eli Ben-Hanan (1971).

Kamel terdiam. Tak menyangka akan ditawari posisi strategis sebagai Wakil Menteri Pertahanan Suriah.

"Bukankah itu keputusan yang terburu-buru?," jawabnya.

Namun, el-Hafiz mantap menjawab, "Tidak. Saya punya wewenang untuk menyampaikan keputusan akhir. Anda bisa langsung bekerja setelah pelantikan," 

Bagi publik, tawaran itu adalah titik balik karier Kamel. Dari seorang pengusaha sukses dan penasihat pejabat, kini dia selangkah lagi menjadi aktor penting dalam jantung kekuasaan Suriah.

Namun, tak seorang pun tahu tawaran itu sebenarnya membuat Kamel resah. Bukan karena dia tak siap menjabat, melainkan satu alasan besar yang tak diketahui siapa pun.

Kamel Amin Thaabet, sosok yang selama ini duduk di sebelah Presiden Suriah, menghadiri rapat-rapat rahasia militer, hingga menyusun strategi perang, sejatinya adalah mata-mata Mossad yang punya nama asli Eli Cohen.

Pada 1960, dia direkrut Mossad dan disamarkan sebagai pengusaha tekstil Suriah. Lewat strategi rapih, kariernya naik dan dipercaya menjadi penasihat elite Damaskus. 

Dari sini, dia rutin hadir dalam rapat-rapat rahasia. Hanya saja, tak seorang pun tahu, Kamel sebenarnya membocorkan semua strategi tersebut ke Israel lewat sandi morse pada malam harinya. Atas dasar ini, Suriah selalu kalah melawan Israel dalam berbagai pertempuran. 

Bahkan, ketika militer Suriah mulai curiga ada mata-mata, Kamel-lah yang menenangkan. Padahal, dialah intel yang dicari militer.

Setelah menerima tawaran sebagai wakil menteri, Kamel berkonsultasi dengan atasannya di Mossad. Pihak Mossad sempat ragu sebab terlalu berisiko. Tapi, setelah pertimbangan matang, pimpinan Mossad menyetujui demi meraih informasi lebih banyak.

Setelah mendapat lampu hijau, Kamel bersiap menunggu pelantikan. Namun, nasib berkata lain. 

Malam, 24 Januari 1965, saat sedang bersiap mengirim informasi rahasia ke Tel Aviv, pintu apartemennya didobrak. Cohen terkejut. Dia sempat mencoba bunuh diri, tapi gagal. Militer Suriah menangkap basah Kamel dengan alat bukti transmisi aktif. 

Dari sinilah, identitas Kamel Amin Thaabet terbongkar. Dia ternyata intel Israel. 

Presiden Ngamuk & Dihukum Gantung

Esok paginya, Presiden Amin el-Hafiz ngamuk sebab orang yang paling dia percaya ternyata pengkhianat.

Saat itulah dia menyadari kebocoran strategi militer dan kekalahan demi kekalahan yang dialami Suriah selama ini berpangkal pada satu nama, yakni Kamel Amin Thaabet alias Eli Cohen.

Selain itu, el-Hafiz juga merasa malu. Di hadapan para pemimpin Arab, reputasinya hancur. Bagaimana mungkin seorang intel Israel bisa menyusup begitu dalam hingga nyaris dilantik sebagai wakil menteri pertahanan?

"Di rumahnya di Damaskus, Amin el-Hafiz mondar-mandir, bingung dan tertekan. Dia menunggu dengan takut dan semakin gugup akan reaksi dari negara-negara Arab," tulis Eli Ben-Hanan dalam Our Man in Damascus: Elie Cohn (1971).

Dalam Sell Like A Spy (2024) diceritakan, Presiden memerintahkan penyisiran terhadap orang yang pernah berinteraksi dengan Kamel. Hasilnya, 500 orang ditahan. 

Lalu, Amin el-Hafiz juga memberikan persetujuan pembunuhan dengan cara hukuman gantung kepada Cohen. Bagi Suriah, Eli Cohen adalah simbol penghinaan, sekalipun Israel dan sejumlah negara Eropa mati-matian melobi agar hukuman mati dibatalkan.

Selama di penjara, Cohen disiksa setiap hari. Sampai akhirnya, pada 18 Mei 1965, siksaan berhenti karena Cohen dipindahkan ke tiang gantung untuk dihukum mati di depan publik Damaskus. Cohen pun meninggal dan jenazahnya tak pernah dikembalikan ke Israel. 

Tragedi ini kemudian jadi salah satu pemantik ketegangan panjang antara Suriah dan Israel yang tak pernah usai. Terbaru, pada Kamis (17/7/2025), Israel menyerang kantor Kementerian Pertahanan Suriah, tempat yang pernah dikunjungi oleh intel ulungnya. 

Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu. Lewat kisah seperti ini, CNBC Insight juga menghadirkan nilai-nilai kehidupan dari masa lampau yang masih bisa dijadikan pelajaran di hari ini.

(mfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |