Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha pabrik kertas mengeluhkan keterbatasan pasokan garam industri ke pemerintah. Dan, meminta dukungan dari pemerintah untuk pemenuhan garam industri yang sangat penting bagi industri pulp dan kertas.
"Garam industri bukan sekadar bahan penolong, melainkan komponen vital dalam proses produksi di sektor pulp dan kertas," kata Wakil Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Irsyal Yasman dalam keterangan resmi yang dirilis Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Rabu (25/6/2025).
"Kebutuhan ini tidak dapat sepenuhnya dipenuhi dari dalam negeri karena
spesifikasi teknis yang sangat ketat," tambahnya.
Irsyal memaparkan, rata-rata kebutuhan garam industri bagi industri pulp dan kertas adalah 760 ribu ton per tahun. Dengan spesifikasi rata-rata kandungan natrium klorida minimal 97%, kadar air maksimal 2,5%, kalsium maksimal 0,045%, dan magnesium maksimal 0,026%.
"Sayangnya, saat ini pasokan dari dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut secara konsisten, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas," ujarnya.
"APKI berharap pemerintah dapat memfasilitasi kebutuhan tersebut guna mendukung keberlangsungan dan pertumbuhan industri," kata Irsyal.
Merespons hal itu, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika mengatakan, garam industri digunakan dalam Chlor-Alkali CAP untuk memproduksi klorin, natrium hidroksida (NaOH), dan hidrogen melalui
proses elektrolisis larutan garam.
"Produk-produk kimia dasar ini merupakan bagian penting dalam proses pemutihan, pemecahan serat kayu, pengendalian pH, hingga pembentukan produk akhir dalam industri pulp dan kertas," kata Putu dalam keterangan yang sama.
"Kementerian Perindustrian terus berupaya untuk menjaga ketersediaan garam industri dalam mendukung aktivitas produksi di sektor industri pulp dan kertas. Melalui upaya ini, diharapkan kinerja industri pulp dan kertas akan semakin berkontribusi signfikan bagi perekonomian nasional," sebutnya.
Putu Juli mengungkapkan data bulan Februari 2025 yang menunjukkan, nilai ekspor pulp dan kertas di Indonesia tercatat mendapai US$8,09 miliar. Rinciannya, industri pulp menyumbang USD$3,56 miliar, sementara industri kertas mencapai US$4,44 miliar.
"Kinerja positif ini turut berkontribusi pada penyediaan lapangan kerja, dengan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 288 ribu orang dan tenaga kerja tidak langsung mencapai sekitar 1,2 juta orang," kata Putu Juli.
Sebelumnya, Sekretaris Satuan Tugas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional Ahmad Erani Yustika mengatakan, Indonesia tercatat mengimpor hingga 2,8 juta ton garam industri. Padahal, garam sendiri itu bisa diproduksi dari air laut.
"Di perikanan misalnya garam. Kita impor setiap tahun sekitar 2,8 juta ton garam industri. Kita mau tutup itu," ujarnya kepada CNBC Indonesia dalam program Economic Update, dikutip Rabu (4/6/2025).
Di sisi lain, pemerintah menargetkan swasembada garam pada akhir 2027. Salah satu langkah strategisnya adalah menyiapkan proyek modeling tambak garam berskala besar di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang disebut-sebut segaris dengan pusat produksi garam raksasa di Australia.
Dengan kebutuhan nasional hampir 5 juta ton per tahun untuk konsumsi, industri, dan kebutuhan pengeboran minyak (chemical application process/CAP), pemerintah berharap proyek baru ini menjadi jalan keluar dari Indonesia yang ketergantungan impor garam.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Bos PT Garam Punya Jurus agar RI Swasembada Garam di 2027