Jakarta, CNBC Indonesia - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa jutaan pekerjaan potensial diprediksi akan hilang tahun ini akibat perlambatan ekonomi yang dipicu oleh perang dagang Presiden AS Donald Trump.
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), sebuah badan PBB, memperkirakan dalam sebuah laporan yang dirilis pada minggu lalu bahwa 53 juta pekerjaan akan tercipta di seluruh dunia pada tahun 2025. Hanya saja, dari jumlah itu ada 7 juta lapangan pekerjaan yang diprediksi akan hilang sebagai dampak dari melemahnya prospek ekonomi karena ketegangan geopolitik.
ILO mendasarkan analisisnya pada ekspektasi Dana Moneter Internasional (IMF) yang diturunkan untuk ekonomi global. Pada bulan April, IMF mengatakan PDB global akan naik sebesar 2,8% tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,2%, dengan alasan ketidakpastian yang disebabkan oleh serangkaian tarif baru Trump terhadap mitra dagang Amerika.
ILO yang mempromosikan hak-hak buruh di seluruh dunia itu menyatakan bahwa hampir 84 juta pekerjaan di 71 negara secara langsung atau tidak langsung terkait dengan permintaan konsumen AS dan dengan demikian rentan terhadap dampak tarif ini. Hampir 56 juta dari lapangan pekerjaan yang berisiko ini berada di kawasan Asia-Pasifik, dengan lebih dari 13 juta tersebar di Kanada dan Meksiko.
"Pekerja yang terkait dengan konsumsi AS dan permintaan investasi sekarang menghadapi risiko tinggi kehilangan pendapatan sebagian atau total karena tarif yang lebih tinggi dan ketidakpastian langkah-langkah perdagangan di masa mendatang," demikian pernyataan PBB mengutip CNN International, Rabu (4/6/2025).
Sejak Trump menjabat kembali pada Januari, ia telah menaikkan bea masuk pada mitra dagang Amerika dan untuk barang-barang utama, termasuk mobil dan baja.
Tarif, implementasinya yang tidak menentu, dan ketidakpastian yang telah disuntikkan ke dalam ekonomi global membebani banyak bisnis dan konsumen. ILO pun mencatat bahwa pengusaha mungkin harus lebih berhati-hati dalam merekrut pekerja baru di tengah situasi yang tidak menentu seperti ini.
"Kami tahu bahwa ekonomi global tumbuh lebih lambat dari yang kami perkirakan. Jika ketegangan geopolitik dan gangguan perdagangan terus berlanjut maka hal itu pasti akan berdampak negatif pada pasar tenaga kerja di seluruh dunia," kata Gilbert Houngbo, direktur jenderal ILO, dalam sebuah pernyataan.
(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Efek Domino Perang Dagang ke Bisnis Parfum Lokal
Next Article 10 Negara Paling Dibenci Dunia di 2025, Indonesia Termasuk?