Jakarta, CNBC Indonesia - Intelijen memainkan peranan penting dalam mempertahankan pengaruh Israel di kawasan Timur Tengah. Bahkan, salah satu intelnya menorehkan catatan sejarah gemilang hingga hampir berhasil ditunjuk sebagai wakil menteri pertahanan oleh pemerintah Suriah.
Intel itu ialah Eli Cohen yang punya nama samaran Kamel Amin Thaabet. Cohen adalah pria yang tumbuh besar di Mesir. Namun, pada 1954, pindah ke Israel karena direkrut sebagai agen intelijen Mossad, Israel.
Dia ditugaskan menyusup ke Suriah sebagai pengusaha tekstil. Di sinilah, Cohen mulai memperkenalkan diri lewat nama samaran, yakni Kamel.
Kamel diberikan skenario intelijen sebagai pria yang lahir dan besar di Suriah, namun pada 1949 harus pindah ke Argentina bersama keluarga untuk memulai bisnis tekstil.
Melalui skenario itu, Mossad menugaskan Kamel untuk berkenalan dengan para petinggi suriah untuk mendapatkan informasi-informasi rahasia.
Informasi intelijen itu dijadikan bahan untuk mencegah segala bentuk langkah agresif Suriah, maupun negara-negara Arab lainnya, yang dianggap sebagai ancaman bagi Israel.
Awal Mula Masuk Suriah
Dalam buku Our Man in Damascus, Elie Cohn (1971), terungkap langkah pertama Kamel untuk masuk ke Suriah adalah lewat atase militer Suriah di Argentina, yakni Jenderal Amin al-Hafez.
Kepada al-Hafez, Kamel mengutarakan keinginannya pulang kampung ke Suriah. Sebagai pengusaha kaya, dia mengaku ingin membantu membangun kampung halamannya. Terlebih situasi di Suriah sangat buruk. Korupsi merajalela.
Sebagai jenderal yang sangat nasionalis, hati al-Hafez terketuk. Dia kemudian membawa Kamel ke Suriah dan memperkenalkannya kepada kolega-kolega sebagai pengusaha baik hati.
Pertemanan Kamel yang awalnya hanya satu orang berkembang pesat menjadi beberapa orang. Semuanya adalah orang ternama yang berada di lingkaran kekuasaan dan militer. Lewat jaringan kekuasaan inilah, Kamel berbisnis tekstil dan kemudian melesat sebagai salah satu pengusaha ternama di Suriah.
Samantha Wilson dalam Israel (2011) menceritakan, elite Suriah dikenal hobi berpesta. Pertukaran informasi seringkali dilakukan di celah dansa dan mabuk. Kebiasaan inilah yang lantas dimanfaatkan Kamel.
Kamel sering mengadakan pesta dan mengundang elite-elite Suriah. Dari sini dia makin dikenal hingga berhasil masuk ke lingkaran kekuasaan. Semua dilakukan tanpa seorang pun tahu Kamel adalah mata-mata Israel.
Berujung Tertangkap Basah
Tahun 1963, kawan baik yang membawa Kamel ke Suriah, yakni Amin al-Hafez, sudah menjadi presiden. Al-Hafez sangat percaya Kamel adalah pengusaha yang akan membantunya membangun Suriah.
Maka, dia pun sering diajak sang presiden ke lokasi-lokasi strategis dan rahasia. Pada titik inilah, Kamel mengetahui tempat rahasia militer, jumlah tentara dan alutsista, serta rencana militer Suriah terhadap Israel.
Semua informasi kemudian dikirim lewat kode morse ke Israel di malam hari. Semua ini dilakukannya selama tiga tahun lebih.
Pada saat bersamaan, kepercayaan Presiden Suriah kepada Kamel makin besar. Dia mendapat tawaran sebagai Wakil Menteri Pertahanan Suriah. Dalam buku Our Man in Damascus, Elie Cohn (1971) disebut, ketika mendapat tawaran ini Kamel ragu dan takut.
Setelah berkomunikasi dengan Mossad, sang intel mantap menerima tawaran. Namun, belum sempat dilantik, Kamel melakukan kesalahan fatal.
Pada malam hari 1965, Kamel ketahuan mengirim kode morse oleh pasukan Suriah. Saat itu, militer Suriah sudah mendapat informasi ihwal seorang mata-mata yang membocorkan rahasia negara.
Maka, mereka melakukan investigasi dan tak disangka mata-mata tersebut adalah sosok calon Wakil Menteri Pertahanan Suriah, yakni Kamel Amin Thaabet.
Presiden al-Hafez marah besar. Sebab akibat aksi spionase Eli Cohen alias Kamel, Suriah harus menanggung kekalahan setiap berperang melawan Israel
Sejak saat itulah, Kamel ditangkap dan disiksa setiap hari tanpa henti. Orang-orang Suriah yang dekat dengan Kamel turut disikat. Mereka dianggap mempermalukan negara.
Hidupnya pun berakhir pada 18 Mei 1965. Dia dihukum gantung di depan publik. Mayatnya dibuang dan tak pernah kembali ke Israel. Meski sudah wafat, informasi rahasia terlanjur bocor.
Lagi-lagi akibat aksi Kamel, Israel bisa mengetahui rinci lokasi rahasia militer selama dua tahun ke depan, khususnya Perang Enam Hari pada Juni 1967. Kebocoran informasi inilah yang membuat Israel menang sekalipun dikeroyok negara-negara Arab.
(Arrijal Rachman/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Iran Tangkap 700 Tentara Bayaran Israel, Mossad Beri Pengakuan

2 hours ago
2

















































