Nenek Moyang Raksasa Penghuni RI Ditemukan di Gigi Asal China

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Peneliti menemukan nenek moyang orang utan di wilayah China. Nenek moyang orang utan ditelusuri dari sebuah fosil gigi yang usianya mencapai 1,9 juta tahun.

Spesies tersebut diberi nama "Giganto" yaitu kera raksasa yang diperkirakan hidup 2 juta tahun lalu di belantara Asia Tenggara. Peneliti menggali fosil gigi Giganto pada 1935.

Menurut peneliti, temuan Giganto membantu melengkapi rentetan evolusi dari Gigantopithecus blacki yang secara populer dikenal dengan nama Godzilla.

Fosil dari makhluk berukuran 3 meter tersebut sangat jarang ditemukan. Bentuk makhluk purba itu direka dari sekelompok fosil gigi dan sisa rahang bawah yang ditemukan ahli paleontologi di wilayah selatan China, Vietnam, hingga India.

"Data kami, untuk pertama kalinya memberikan bukti molekuler bahwa 'saudara terdekat' Gigantopithecus adalah orang utan," kata Frido Welker dari University of Copenhagen dalam jurnal Nature. "Protein yang tersisa cukup untuk melengkapi hubungan evolusi antara Giganto dan kera besar lain yang sudah punah."

Wei Wang dari Shandong University menyatakan silsilah evolusi antara Gigantopithecus dan orang utan terbagi sekitar 12 juta tahun yang lalu. 

Dia menyatakan material genetik yang diambil dari fosil bisa selamat karena terkubur di lingkungan yang hangat dan lembab. Teknik genetika yang sama diharapkan bisa diterapkan untuk penelitian fosil lain, termasuk spesies "nenek moyang" manusia.

Wang menjelaskan bahwa rupa Gigantopithecus mirip dengan orang utan. Namun, habitat kera purba tersebut diperkirakan di permukaan tanah, berbeda dengan orang utan yang lebih banyak beraktivitas di pepohonan.

Lubang di fosil gigi yang ditemukan mengisyaratkan bahwa Gigantopithecus mengonsumsi tumbuh-tumbuhan, terutama buah.

Gigantopithecus punah sekitar 300.000 tahun silam, nyaris berbarengan dengan kemunculan Homo sapiens di Afrika. Oleh karena itu, peneliti memperkirakan nenek moyang manusia tidak pernah bertemu dengan kera raksasa tersebut, apalagi menjadi penyebab kepunahannya. Kemungkinan, Gigantopithecus yang beratnya diperkirakan mencapai 600 kilogram, punah karena perubahan iklim.

Welker menyatakan teknik genetika yang sama sangat mungkin digunakan untuk melengkapi rantai evolusi manusia karena hampir semua fosil homonin ditemukan di area subtropis.

Enrico Capelline dari Globe Institute menjelaskan teknik sequnce protein dari lapisan gigi yang usianya mencapai 2 juta tahun membuka peluang untuk meneliti hubungan antara spesies yang masih hidup saat ini dengan nenek moyang mereka.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Serangan Siber Makin Ngeri, Mastercard Perkuat Sistem Keamanan

Next Article Krisis Seks Menggila, Profesor Ramal Hanya Ada 1 Anak di Jepang

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |