Kiamat Batu bara Mundur Gara-gara Trump, Amerika Balik ke Energi Kotor

6 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia- Masa depan energi Amerika Serikat (AS) kini ditulis ulang oleh keputusan politik yang menghidupkan kembali batu bara, komoditas lama yang sempat disisihkan karena dianggap sebagai sumber polusi utama.

Melalui Rancangan Undang-Undang (RUU) "One Big Beautiful Bill Act", Presiden AS Donald Trump membuat satu hal jelas: era subsidi untuk energi bersih telah selesai. Dalam kekosongan itu, batu bara kembali menemukan panggungnya.

RUU yang disahkan tipis 51-50 di Senat ini memang soal anggaran dan pemotongan pajak, tapi juga soal reposisi total atas kebijakan energi AS. Pemerintah mencabut moratorium tambang, menurunkan tarif royalti batu bara dari 12,5% menjadi 7%, dan menyuntikkan insentif baru berupa tax credit 2,5% untuk batu bara metalurgi.

Proyek-proyek seperti tambang Blue Creek milik Warrior Met Coal kini melihat peluang produksi meningkat hingga 60% dalam dua tahun ke depan.

Sementara itu, sektor energi terbarukan justru menghadapi tekanan sebaliknya. Insentif kendaraan listrik sebesar US$7.500 akan dihentikan pada akhir September 2025, dan kredit pajak untuk proyek tenaga angin dan surya dipastikan berakhir di 2027.

Tanpa dukungan fiskal, investor mulai mempertanyakan kelayakan bisnis energi bersih bukan karena teknologinya gagal, tapi karena perlindungan ekonominya dicabut begitu saja.

Dampaknya terasa cepat di pasar modal. Saham sektor batu bara seperti Consol Energy dan Warrior mencatat kinerja lebih tinggi 20 poin persentase dibanding saham kendaraan listrik sepanjang 2025.

Strategi portofolio pun berubah: energi hitam menjadi taruhan taktis, sementara sektor EV dan solar mulai dijauhi karena potensi valuasi yang tertekan dan margin yang tergerus.

Kritik tentu muncul. Banyak pihak menyebut kebijakan ini sebagai kemunduran dalam transisi energi global.

Tapi dari sudut pandang realpolitik, Trump hanya membalikkan prioritas: dari "hijau" ke "aman", dari investasi jangka panjang ke lapangan kerja yang langsung terasa. Dan di dunia yang tak pasti, banyak investor dan pemilih lebih memilih kepastian daripada idealisme.

Bagi Indonesia, arah baru ini bisa jadi peluang. Sebagai eksportir batu bara terbesar dunia, RI mungkin bukan bagian dari keputusan, tapi bisa ikut memetik hasilnya.

Sebagai catatan, ekspor batu bara menopang sekitar 15-16% dari nilai ekspor Indonesia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan volume ekspor batu bara Indonesia pada 2024 menyentuh 405,76 juta ton. Volume ekspor tersebut naik 6,86% dibandingkan pada 2023.

Namun, secara nilai, ekspor batu bara anjlok 11,86% menjadi US$ 30,49 miliar.

dan meskipun nilainya sempat turun, peluang rebound kini terbuka. Terutama jika AS kembali melirik impor batu bara untuk memenuhi kebutuhan industri domestik yang ingin tumbuh tanpa interupsi.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(emb/emb)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |