Kemendag Perkuat Pasar Eskpor Pakai Dua Skema Ini

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menegaskan pemanfaatan skema perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) dan kemitraan ekonomi komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) menjadi kunci strategis untuk memperluas pasar ekspor Indonesia, khususnya di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.

Direktur Perundingan ASEAN Kementerian Perdagangan, Nugraheni Prasetya menuturkan, Indonesia telah menandatangani sembilan perjanjian perdagangan bebas, baik bilateral maupun regional dengan negara-negara di kawasan tersebut.

"Berdasarkan data yang kami miliki, 60% dari perdagangan Indonesia dilakukan dengan negara-negara mitra kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur. Oleh karena itu, dengan pemanfaatan berbagai skema FTA dan CEPA, kami berharap Indonesia dapat terus memperluas pasar ekspor, meningkatkan daya saing produk nasional, dan semakin memperkuat posisinya dalam rantai pasok global," ujar Nugraheni dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (18/10/205).

Sementara itu, Atase Perdagangan Malaysia Aziza Rahmaniar Salam menyoroti potensi besar pasar Malaysia sebagai salah satu pintu masuk produk Indonesia ke kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur. Menurutnya, posisi strategis Malaysia dan keterlibatannya dalam berbagai perjanjian perdagangan seperti ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) memberikan peluang luas bagi produk Indonesia untuk memperluas jangkauan pasarnya.

"Melalui pemanfaatan skema ATIGA dan RCEP, pelaku usaha Indonesia dapat menikmati tarif preferensi dan kemudahan asal produk untuk menjangkau pasar Malaysia. Selain itu, Malaysia juga dapat berperan sebagai hub bagi produk Indonesia untuk menembus pasar lain, seperti Turki melalui skema Malaysia-Turki FTA," ujar Aziza.

Aziza menekankan, pelaku usaha Indonesia harus memahami preferensi konsumen dan regulasi di pasar Malaysia, terutama karakter pasar yang terdiri dari tiga kelompok etnis dengan kebutuhan yang berbeda.

"Karakter pasar ini akan sangat membantu pelaku usaha dalam menyesuaikan produknya agar lebih diterima. Misalnya, konsumen Melayu mengutamakan produk yang bersertifikat halal, sementara konsumen Tionghoa cenderung menghindari makanan tinggi lemak," kata Aziza lagi.

Dari sisi Asia Timur, Atase Perdagangan Korea Selatan Roesfitawati berpendapat pentingnya mengenali tren pasar yang kita tuju. Ia menyebut, Korea Selatan tengah mendorong pertumbuhan ekonomi hijau dan gaya hidup sehat, yang membuka peluang bagi produk-produk Indonesia seperti makanan dan minuman alami, produk halal, kosmetik dan wellness, serta furnitur ramah lingkungan.

"Produk-produk sehat dan berkelanjutan sangat diminati di Korea Selatan. Pelaku usaha Indonesia dapat menyesuaikan produknya agar tetap relevan sepanjang tahun, misalnya melalui diversifikasi bentuk dan kemasan sesuai musim," jelas Roesfitawati.

Tidak ketinggalan, Atase Perdagangan Tokyo Merry Astrid Indriasari menyoroti potensi ekspor ke Jepang. Menurutnya, Jepang merupakan pasar yang sangat potensial bagi produk makanan dan bahan pangan Indonesia. Ketergantungan Jepang terhadap impor bahan makanan yang mencapai sekitar 60% dari total kebutuhan nasional, menjadi peluang besar.

"Jepang memang memiliki sektor pertanian yang maju. Namun, hasil produksinya belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Mereka masih sangat bergantung pada impor bahan makanan, termasuk produk pertanian. Namun, tantangannya terletak pada standar keamanan pangan yang sangat ketat," ungkap Merry.

Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jahja B. Soenarjo menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, riset pasar, dan kesiapan pelaku usaha dalam mengakses pasar internasional. Menurutnya, partisipasi dalam pameran perdagangan seperti TEI bukan sekadar ajang promosi, tetapi menjadi wadah strategis untuk menggali peluang, menjalin kemitraan, dan memperkuat jaringan global.

"Hal penting yang harus dilakukan saat mau masuk pasar luar negeri itu riset. Perwakilan dagang yang ada di depan inilah yang bisa membantu memberikan informasi pasar. Selain itu, partisipasi dalam pameran jangan cuma buat jualan, tapi untuk mencari agen, kontak, buyer, dan informasi pasar," terang Jahja.

Adapun, Pemilik Setia Pearl, Setiawati yang juga menjadi peserta dalam seminar tersebut mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada kemendag atas kesempatan bertukar wawasan yang disediakan. Ia menilai seminar tersebut sangat bermanfaat, terutama dalam memberikan pemahaman yang lebih dalam terkait proses dan regulasi ekspor.

"Untuk menembus pasar ekspor ternyata dibutuhkan banyak pengetahuan dan pemahaman. Kami sangat bersyukur dapat mengikuti kegiatan ini karena membuka wawasan kami mengenai berbagai persyaratan dan regulasi ekspor ke luar negeri. Saya berterima kasih sekali dengan adanya acara ini kami memperoleh informasi dan ilmu yang sangat bermanfaat," ucap Setiawati. 


(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Miris, Banyak Eksportir RI Tak Raup Cuan dari Perjanjian Dagang Bebas

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |