Jakarta, CNBC Indonesia - Membeli rumah atau mobil dengan cara mencicil memang umum dilakukan, bahkan oleh publik figur seperti Nikita Mirzani. Meski memiliki banyak sumber penghasilan, Nikita mengaku memilih mencicil dua aset besar itu demi menjaga arus keuangannya tetap sehat.
"Kalau mobil kredit, kayak rumah juga kredit. Tapi kalau barang-barang lainnya, lunas," ujar Nikita, dikutip dari detik, belum lama ini.
Menurut Nikita, kredit justru menjadi strategi agar uang terus berputar. "Nominalnya besar, jadi itu memacu kita cari duit terus. Karena ada yang harus dibayar," jelasnya.
Meski mencicil, Nikita menegaskan ia selalu menetapkan tenor maksimal dua tahun untuk utang konsumtif. Langkah ini, menurutnya, membantu meminimalkan beban bunga jangka panjang dan menjaga rasio keuangan tetap sehat.
Besaran Cicilan yang Wajar
Membeli aset besar seperti rumah atau mobil secara tunai memang bisa membebaskan kamu dari beban bunga, tetapi konsekuensinya harus siap kehilangan dana tunai dalam jumlah besar. Itu sebabnya, beberapa orang memilih kredit sebagai solusi menjaga likuiditas.
Namun, sebelum meniru gaya pengelolaan utang ala Nikita, penting untuk memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1. Idealnya, Cicilan Tidak Lebih dari 30% Pendapatan
Cicilan bulanan yang terlalu besar bisa menggerus anggaran kebutuhan pokok dan mengganggu alokasi dana untuk tabungan maupun investasi. Sebaiknya, total cicilan tidak melebihi 30% dari penghasilan bulanan.
2. Utang = Pengeluaran Pasif
Baik itu utang konsumtif maupun produktif, semuanya tetap menjadi pengeluaran tetap yang wajib dibayar. Tanpa perencanaan matang, utang dapat menjadi beban yang menghambat kemerdekaan finansial.
3. Hindari Gali Lubang Tutup Lubang
Mengandalkan utang baru untuk melunasi utang lama adalah jalan cepat menuju krisis keuangan. Pastikan Anda memiliki dana darurat dan memahami konsekuensi finansial dari setiap cicilan yang diambil.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini: