Jakarta, CNBC Indonesia — PT Widodo Makmur Unggas Tbk. (WMUU) dan PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) melaporkan pendapatan ambruk per September 2024.
WMUU mencatat penjualan bersih yang turun signifikan sejak tercatat di Bursa Efek Indonesia, per 31 Desember 2021. Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp3,09 triliun namun per 30 September 2024 Perseroan hanya mampu membukukan pendapatan sebesar Rp238,7 miliar. Capaian tersebut anjlok sebesar 92%.
Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan segmen penjualan karkas ayam dimana segmen tersebut berkontribusi signifikan pada total penjualan WMUU yakni 95,7% dan 64,9% pada 2021 dan 2024.
Hanya segmen penjualan telur yang meningkat cukup pesat hingga 580,6%, sedangkan segmen ayam broiler, pakan, ayam umur sehari, dan karkas mengalami penurunan penjualan yang cukup signifikan di kisaran 50-95%.
Manajemen menjelaskan, penyebab penurunan pendapatan adalah karena adanya penurunan kapasitas pemotongan Rumah Potong Ayam (RPA) mulai tahun 2023 sampai dengan bulan September 2024.
Selain itu, kondisi makroekonomi saat ini menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, sehingga terjadi pergeseran terhadap kebutuhan protein hewani yang sebelumnya dari ayam dan telur berubah ke protein dengan harga yang lebih terjangkau.
Sementara itu, WMPP melaporkan pendapatan turun 59,21% per September 2024 bila dibandingkan dengan Desember 2023. Tren penurunan ini juga sudah terjadi sejak tiga tahun terakhir, di mana per Desember 2022 turun 29,65% yoy dan Desember 2023 anjlok 79,21% yoy.
Utamanya hal itu disebabkan oleh penjualan sapi yang merosot 87,13% pada periode September 2024 dibandingkan dengan Desember 2023, menjadi Rp 41,47 miliar.
Manajemen mengatakan secara garis besar, kinerja perusahaan masih dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi yang belum pulih sepenuhnya setelah pandemi Covid-19.
Sejumlah data ekonomi juga menunjukkan daya beli masyarakat masih rendah. Apalagi, industri peternakan juga masih menghadapi tantangan seperti wabah penyakit dan fluktuasi harga pakan ternak. Untuk mengatasi tantangan ini, Perusahaan terus melakukan upaya efisiensi di sejumlah titik serta fokus untuk meningkatkan utilisasi fasilitas produksi.
Adapun faktor utama penyebab penurunan signifikan penjualan komoditas sapi adalah efek dari wabah PMK yang merebak di Indonesia sejak pertengahan 2022. Akibatnya, persediaan sapi di dalam negeri mengalami penurunan signifikan dan minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging sapi juga mengalami penurunan. Hal ini membuat harga dan volume jual sapi menurun.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Daya Beli Turun Jadi Penghambat Bisnis Pembiayaan 2025
Next Article Bukti Daya Beli Makin Parah, Warga RI Rajin Ngutang Pakai Pay Later