Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), anggota Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID, tengah berupaya memperluas pasar aluminium perusahaan ke sejumlah negara, khususnya di Asia.
Direktur Utama Inalum Melati Sarnita mengungkapkan, pihaknya tengah berekspansi masuk ke pasar Jepang, Korea Selatan, hingga Australia. Menurutnya, bila perusahaan bisa mengekspor 1.000 ton per bulan ke Jepang dan Australia, itu bisa dikatakan sebagai pencapaian yang positif.
"Sekarang, saya lagi ngejar, justru ke Jepang sama Korea. Jadi, kita sekarang lagi buka ke Jepang sama Australia. Kita bisa kirim 1.000 (ton) per bulan udah enak," katanya di sela acara Economic Update CNBC Indonesia di Jakarta, dikutip Kamis (19/6/2025).
Sementara khusus di Asia Tenggara, dia menyebut Malaysia merupakan pasar utama aluminium perusahaan untuk saat ini. Namun, perusahaan juga menjual aluminium ke Singapura melalui trader.
"Mostly ada di Malaysia. Kita masuk juga ke Singapura, karena, kan, kita jualnya ke trader juga. Karena, kan, sizing-wise, kalau dia end user-nya, itu, belinya kekecilan, kita ngirimnya susah, kan. Karena kontainer jadi mahal. Jadi, biasanya, kalau ukuran-ukuran sizing kecil, itu, kita cari trader. Kebetulan, trader kita punya sendiri, saudara kita, MIT di Singapura. Nanti di-combine, nanti sama mereka dikirim," jelasnya.
Meskipun akan memperluas pasar aluminium, Melati mengatakan pihaknya memiliki tantangan jika mau memperluas pasar ke wilayah Eropa. Hal itu mempertimbangkan seperti jarak yang jauh dan harga keekonomian transportasi pengiriman.
"Jadi, isunya itu masalah transportasi. Kita ke Eropa, itu, kan, jauh, ya. Jadi, walaupun kita jual, dapat premium pun, harganya untuk bayar kapal," tandasnya.
Perlu diketahui, Inalum menargetkan produksi aluminium pada 2025 ini naik tipis menjadi hingga 280.000 ton, dari produksi di 2024 yang tercatat sebesar 274.230 ton.
Adapun capaian produksi aluminium Inalum pada 2024 tersebut naik 27,61% dibanding tahun 2023. Volume penjualan juga tumbuh 25,55% menjadi 276.381 ton. Hal ini menurutnya mencerminkan kinerja operasional yang semakin efisien dan daya saing yang meningkat di tengah fluktuasi harga komoditas global.
Dari sisi keuangan, Inalum membukukan pendapatan sebesar US$ 716,9 juta dengan EBITDA mencapai US$ 179,2 juta dan laba bersih US$ 123,7 juta pada 2024. Total aset perusahaan tercatat sebesar US$ 2,47 miliar, menunjukkan kekuatan finansial yang solid sebagai modal ekspansi ke depan.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Inalum Dorong Kolaborasi di Fastmarkets Bauxite & Alumina