Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi medis Indonesia mencapai 10,1% pada 2024, jauh dari inflasi medis global. Adapun inflasi tersebut didorong oleh impor bahan baku obat.
Inflasi medis di Indonesia jauh lebih tinggi daripada medical inflation di global. Adapun secara global sendiri, inflasi medis mencapai 6,5%.
Kepala Eksekutif Pengawasan Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono mengatakan, inflasi medis ini diprediksi akan semakin para di tahun 2025 dengan perolehan 13,6%.
Angka medical inflation ini pun masih jauh dibandingkan dengan inflasi secara umum Indonesia, yang diprediksi mencapai 1,7% di 2025.
Ogi menambahkan, mengacu laporan BPPOM, salah satu penyebab tingginya inflasi medis ini adalah kenyataan bahwa 90% bahan baku obat (BBO) masih dari import.
"Jadi kalau ada gejolak di global, ada nilai tukar dan sebagainya, maka bahan baku naik, harga obat pun naik. Itu impor terbesar itu dari China, dari India dari Amerika Serikat dan dari Belanda," ungkap Ogi dalam Rapat Kerja di DPR RI, di Jakarta, Senin, (30/6/2025).
Ke depan, OJK bersama berbagai pihak berupua mendorong agar kapasitas industri farmasi Indonesia bisa memproduksi bahan baku obat dari Indonesia. Termasuk, kemungkinan penggunaan bahan-bahan obat dari herbal.
Inflasi medis ini ikut membebani klaim asuransi di Indonesia. Diketahui, per Mei 2025, klaim asuransi mencapai Rp164,40 triliun. Adapun jumlah preminya tercatat sebesar Rp271,17 triliun.
Meski keduanya naik, namun jumlah rasio klaim asuransi tercatat naik 2,72% secara month on month (MoM), ke angka 75,72%. Hal ini menandakan perbandingan antara premi yang diterima dengan klaim yang dibayarkan industri asuransi di Indonesia.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Medis Tinggi, OJK Tegaskan Perlu Perbaikan Tata Kelola