Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka di zona hijau pagi ini, Kamis (13/11/2025). Indeks naik tipis 0,07% atau menguat 6,13 poin ke level 8.378,13.
Sebanyak 210 saham naik, 106 turun, dan 294 tidak bergerak. Nilai transaksi pagi ini mencapai Rp 278,09 miliar, melibatkan 489,90 juta saham dalam 61.790 kali transaksi.
Pada awal perdagangan hari ini, saham Bumi Resources (BUMI), Bank Central Asia (BBCA) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) tercatat menjadi saham yang paling ramai ditransaksikan. Adapun saham PURI, KTDN dan MORA mencatatkan kenaikan terbesar.
Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang akan berdampak terhadap rupiah hingga saham pada hari ini. Berakhirnya shutdown bisa menjadi kabar positif tetapi pesimisme pemangkasan suku bunga The Fed bisa menggoyang pasar.
Sementara itu, Pasar Asia-Pasifik merosot pada perdagangan Jumat, (14/11/2025), mengikuti pelemahan di Wall Street seiring tekanan berlanjut pada saham teknologi. Keraguan pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga The Fed turut menambah sentimen negatif.
Indeks acuan Jepang Nikkei 225 turun 1,85%, sementara Topix merosot 1,03%. Saham teknologi memimpin penurunan, dengan Rakuten Group anjlok 6,57%, Advantest turun 5,27%, dan Lasertec melemah 3,97%.
Raksasa teknologi Jepang SoftBank jatuh hingga 8% pada awal perdagangan, menandai penurunan tiga hari beruntun setelah mengungkap penjualan seluruh sahamnya di Nvidia. Di Korea Selatan, Kospi turun 2,29% dan Kosdaq melemah 1,42%.
Saham unggulan Korea Selatan seperti Samsung Electronics merosot lebih dari 3%, sementara SK Hynix yang memasok chip memori untuk Nvidia turun 5%. Di Australia, indeks S&P/ASX 200 terkoreksi 1,58%.
Kontrak berjangka Hang Seng mengarah pada pembukaan yang lebih rendah di level 26.701, dibandingkan penutupan sebelumnya di 27.073,03. China hari ini akan merilis data penjualan ritel, output industri, dan investasi aset tetap untuk Oktober.
Investasi aset tetap China, termasuk sektor properti, sebelumnya turun tak terduga sebesar 0,5% pada September. Rilis data terbaru ini menjadi perhatian investor untuk melihat arah pemulihan ekonomi Negeri Tirai Bambu.
Dari Amerika Serikat, seluruh indeks utama Wall Street ditutup lebih rendah seiring arus jual pada saham teknologi, terutama yang terkait tema kecerdasan buatan. Kekhawatiran soal valuasi membuat tekanan di sektor tersebut semakin kuat.
Dow Jones Industrial Average jatuh 797,60 poin atau 1,65% ke 47.457,22, jauh dari rekor yang dicapai sesi sebelumnya. S&P 500 melemah 1,66% menjadi 6.737,49.
Sektor teknologi informasi dan layanan komunikasi memimpin pelemahan di indeks yang lebih luas, dengan Disney anjlok hampir 8% akibat hasil kuartal IV fiskal yang beragam. Nasdaq Composite turun 2,29% ke 22.870,36, sementara ketiga indeks utama serta Russell 2000 mencatat kinerja harian terburuk sejak 10 Oktober.
Komentar terbaru dari pejabat The Fed menunjukkan meningkatnya keraguan tentang perlunya pemangkasan suku bunga untuk ketiga kalinya pada pertemuan 9-10 Desember. Boston Fed President Susan Collins mengatakan kebijakan suku bunga kemungkinan perlu dipertahankan di level saat ini untuk menyeimbangkan risiko inflasi dan ketenagakerjaan.
Dampak dari komentar tersebut membuat pasar menyesuaikan kembali ekspektasinya. Jika beberapa hari lalu pelaku pasar masih memperkirakan peluang 2 banding 1 untuk pemangkasan suku bunga, kini proyeksinya berubah menjadi 50:50 berdasarkan alat FedWatch milik CME Group.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Net Sell Rp 1 T, Lepas Saham-Saham Ini Kala IHSG Merah

1 hour ago
2

















































