Hari Pendidikan Nasional: Modal Ijazah Saja Tak Cukup Buat Cari Kerja

13 hours ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia- Hari ini, 2 Mei, bangsa ini merayakan Hari Pendidikan Nasional. Namun di balik upacara dan pidato seremonial, satu pertanyaan besar menggema, apakah sistem pendidikan Indonesia hari ini benar-benar menjadi mesin penggerak kemajuan bangsa?

Di tengah jumlah sarjana yang terus bertambah, pengangguran terdidik justru naik. Mimpi belum tentu bertemu kenyataan. Di sinilah peran pendidikan diuji, mampu relevan atau hanya jadi simbol dan formalitas.

Laporan McKinsey Global Institute The Enterprising Archipelago menyebut ada lima modal utama penggerak produktivitas nasional: modal manusia, modal keuangan, modal institusional, modal infrastruktur, dan modal kewirausahaan.

Dari semuanya, modal manusia adalah fondasi awal. Namun sayangnya, kualitasnya masih timpang. Hanya 40% penduduk usia 25-34 tahun menyelesaikan pendidikan menengah atas, dan angka partisipasi pendidikan tinggi pun belum sejalan dengan kebutuhan industri.

Masalahnya bukan semata-mata keterbatasan akses. Mismatch atau ketidaksesuaian antara pendidikan dan pasar kerja menjadi bom waktu.

Dua dari tiga pengangguran di Indonesia adalah lulusan pendidikan menengah ke atas dan perguruan tinggi.

Mereka bukan tidak pintar, tapi tidak nyambung dengan realita industri. Contohnya bisa dilihat dalam tren jumlah pengangguran sarjana yang terus tinggi.

Meski sempat turun ke 842.000 orang pada 2024, jumlah itu tetap nyaris dua kali lipat dari posisi 2014. Lulusan diploma, yang lebih praktis dan aplikatif, justru mencatat angka pengangguran yang lebih stabil. Ini mencerminkan satu hal, gelar tak lagi cukup, keterampilanlah yang dibutuhkan.

Sayangnya, banyak universitas belum adaptif. Kurikulum masih normatif, relasi kampus-industri lemah, dan wirausaha belum jadi orientasi. McKinsey juga menyoroti minimnya pelatihan langsung (on-the-job learning) di pendidikan formal Indonesia.

Di sinilah negara-negara seperti China  dan Singapura jadi pembanding penting. Mereka menyesuaikan output pendidikan dengan dinamika pasar kerja, bahkan mengatur kuota jurusan strategis.

Berikut 5 modal penggerak produktivitas nasional:

Lebih jauh, Indonesia juga menghadapi tantangan pertumbuhan produktivitas yang melambat. Dari 3% per tahun (2002-2016) kini tinggal 2% sejak itu. Jika SDM terus didominasi oleh lulusan yang tidak relevan dengan kebutuhan masa depan misalnya, digital, manufaktur, AI, dan energi hijau maka target menjadi negara maju sebelum 2045 hanya tinggal angka dalam dokumen.

Hari Pendidikan Nasional seharusnya menjadi momen refleksi: bukan soal siapa punya gelar apa, tapi siapa bisa berkontribusi nyata. Pendidikan Indonesia harus geser orientasi, dari pemberi gelar menjadi inkubator talenta produktif. Jika tidak, kita bukan hanya kehilangan bonus demografi, tapi juga kehilangan momentum sejarah.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |