Harga Minyak Menguat, Pasar Dibayangi Ancaman Surplus Global

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia  Harga minyak dunia kembali, meski pasar global masih dihantui prospek surplus besar tahun depan. Berdasarkan Refinitiv Jumat (14/11/2025) pukul 10.00 WIB, minyak Brent (LCOc1) ditutup naik ke US$64,4 per barel, dari sebelumnya US$63,01. Sementara WTI (CLc1) menguat ke US$60,12 per barel, dari US$58,69 sehari sebelumnya.

Kenaikan ini menjadi titik balik setelah pelemahan tajam sebelumnya, ketika pelaku pasar menimbang dua kekuatan besar: ancaman surplus pasokan global dan risiko pasokan akibat sanksi Amerika Serikat terhadap Rusia. Kombinasi sentimen ini membuat volatilitas tetap tinggi.

Optimisme pasar sempat mencuat setelah Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan bahwa surplus minyak bisa menghantui pasar hingga enam bulan berturut-turut. IEA mencatat, pasokan global tahun depan berpotensi melampaui permintaan lebih dari 4 juta barel per hari, menandai rekor baru dalam situasi kelebihan suplai.

Tekanan bertambah ketika data pemerintah AS menunjukkan lonjakan cadangan minyak mentah sebesar 6,4 juta barel minggu lalu kenaikan terbesar sejak Juli dan jauh melampaui proyeksi analis. Berita ini sebelumnya memicu sentimen bearish di pasar.

Di saat bersamaan, OPEC menyampaikan bahwa pasokan global pada kuartal III 2025 ternyata sudah melampaui permintaan, membalikkan proyeksi sebelumnya yang memperkirakan defisit. Tahun ini, OPEC dan sekutunya berhasil memulihkan sebagian besar kapasitas yang sempat terhenti, sehingga output kembali meningkat.

Kenaikan produksi dari para pengebor di luar OPEC+ juga memicu kekhawatiran bahwa kelebihan pasokan akan semakin melebar dalam beberapa bulan mendatang.

Dari sisi geopolitik, pasar mencermati langkah Amerika Serikat yang memperketat tekanan terhadap Rusia. Pemerintahan Donald Trump mulai menerapkan sanksi tambahan terhadap Rosneft PJSC dan Lukoil PJSC, mendorong ketidakpastian baru dalam rantai pasokan minyak global.

Reuters melaporkan bahwa Carlyle Group Inc tengah mempertimbangkan untuk membeli aset-aset luar negeri Lukoil sesaat sebelum sanksi diberlakukan penuh. Aksi korporasi ini turut menambah spekulasi apakah aliran pasokan dari Rusia akan terganggu.

Di tengah kabar bearish, beberapa indikator menunjukkan sinyal positif. Data pemerintah AS mencatat bahwa cadangan produk minyak justru menurun, sementara ekspor meningkat, mengindikasikan permintaan global yang masih tangguh.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OPEC+ Tambah Pasokan, Harga Minyak Dunia Menguat Lagi

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |