Harga Kopi Arabika Melonjak 50%, Ngopi-Ngopi Bakal Makin Mahal

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga kopi arabika dunia kembali mencetak rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Dilansir dari Nasdaq, lonjakan ini didorong oleh kekhawatiran pasokan global akibat gejolak perdagangan antara Amerika Serikat dan dua produsen utama dunia: Brasil dan Kolombia.

Ketegangan meningkat setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikabarkan akan mengenakan tarif baru terhadap impor dari Kolombia, produsen arabika terbesar kedua di dunia, sementara Brasil menghadapi hambatan ekspor karena penguatan mata uang real.

Harga kopi Arabica menembus level US$4,30 per pon dan mendekati rekor tertinggi yang pernah dicapai pada Februari lalu. Sejak Agustus, harga melonjak lebih dari 50% akibat meningkatnya kekhawatiran terhadap krisis pasokan global.

Kenaikan harga juga diperkuat oleh melemahnya stok kopi di bursa berjangka ICE yang turun ke level terendah dalam 19 bulan, yakni 467 ribu karung untuk arabika.

Keterbatasan pasokan diperparah oleh kebijakan tarif 50% impor kopi dari Brasil, yang menyebabkan pembeli AS membatalkan kontrak baru dan mengerek harga di tingkat global.

Meski begitu, ada sinyal kemungkinan koreksi harga jika Amerika dan Brasil menyepakati pelonggaran tarif. Namun ketidakpastian pasar masih tinggi, terlebih dengan faktor iklim yang belum bersahabat. Somar Meteorologia melaporkan curah hujan berlebih di Minas Gerais, wilayah utama penghasil arabika Brasil, sementara NOAA memperkirakan peluang La Niña mencapai 71% yang berisiko menurunkan produktivitas tanaman pada 2026/2027.

Kondisi cuaca ekstrem dan kebijakan perdagangan ini membuat defisit arabika dunia semakin lebar. Menurut USDA Foreign Agriculture Service (FAS), produksi arabika global 2025/26 diperkirakan turun 1,7% menjadi 97 juta karung, sedangkan robusta naik 7,9%. Lembaga perdagangan kopi Volcafe bahkan memperkirakan defisit arabika global mencapai 8,5 juta karung-tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Dampak kenaikan harga arabika dunia mulai terasa di Indonesia.

Berdasarkan laporan USDA FAS Jakarta (Mei 2025), produksi kopi Indonesia 2025/26 diperkirakan naik 5% menjadi 11,3 juta karung berkat cuaca yang lebih baik dan peningkatan penggunaan pupuk. Namun, dari total produksi itu, sekitar 85% masih didominasi robusta. Produksi arabika Indonesia hanya sekitar 1,45 juta karung atau 13% dari total-menunjukkan pangsa yang masih kecil di segmen premium dunia.

Meski pangsa arabika kecil, kenaikan harga dunia tetap memberi angin segar bagi petani di wilayah dataran tinggi seperti Gayo (Aceh), Toraja (Sulawesi Selatan), dan Kintamani (Bali). Harga spot arabika di Medan melonjak hingga Rp222 ribu per kilogram pada Februari 2025, hampir dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya menurut data Bappebti. Lonjakan harga ini mendorong petani memperbaiki pemupukan dan perawatan kebun, bahkan merehabilitasi lahan kopi lama yang sempat ditinggalkan.

Dari sisi perdagangan, ekspor kopi Indonesia diproyeksikan naik 7% menjadi 6,5 juta karung pada 2025/26, terutama karena meningkatnya volume produksi. Pasar utama masih Uni Eropa, Amerika Serikat, Mesir, Malaysia, India, dan Jepang. Namun ekspor ke AS sempat tertahan akibat kebijakan tarif timbal balik 32%. Sejumlah eksportir kini mulai mengalihkan pengiriman ke pasar ASEAN, Jepang, dan Timur Tengah.

Di sisi domestik, konsumsi kopi Indonesia diperkirakan hanya tumbuh tipis menjadi 4,81 juta karung karena lemahnya daya beli kelas menengah. Penjualan kopi siap minum (ready to drink/RTD) masih meningkat 3% pada 2025, tetapi pertumbuhan ini menjadi yang paling lambat sejak pandemi. Pergeseran pola konsumsi ke produk kopi instan dan harga lebih terjangkau menjadi sinyal tekanan pada pasar domestik.

Namun, lonjakan harga arabika dunia tetap membuka peluang bagi Indonesia untuk memperluas pangsa pasar kopi spesialti. Dengan penguatan kapasitas pasca-panen, sertifikasi keberlanjutan, dan dukungan kebijakan dari pemerintah terhadap petani kecil di dataran tinggi, Indonesia berpotensi naik kelas menjadi pemain penting di pasar arabika premium dunia. Momentum harga tinggi ini bisa menjadi titik balik kebangkitan kopi arabika Nusantara-selama didukung produktivitas dan tata niaga yang berpihak pada petani.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |