Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) menunjukkan kinerja keuangan yang positif sepanjang periode 2021-2023 lalu. Adapun pada periode tersebut, pendapatan perseroan rata-rata tumbuh sebesar 15%.
Semula, Wakil Direktur Utama Pertamina, Wiko Migantoro mengungkapkan bahwa pendapatan Pertamina pada 2023 telah mencapai US$ 75,8 miliar atau sekitar Rp 1.237 triliun (asumsi kurs Rp 16.330).
Adapun, saat ini Pertamina mengelola aset senilai US$ 90 miliar dengan belanja modal atau capex yang telah dikeluarkan sebesar US$ 7 miliar.
"Organisasi kita sekarang ini mengelola aset dengan nilai sekitar 90 miliar dolar dan revenue sesuai dengan data yang kita miliki pada akhir tahun 2024 (di data 2023) US$ 75 miliar dolar dan capex yang kita spending US$ 7 miliar dolar," kata Wiko dalam RDP bersama Komisi XII DPR RI, Kamis (20/2/2025).
Lebih lanjut, Wiko mengatakan bahwa pada 2022, pendapatan perusahaan mencapai rekor tertinggi sebesar US$ 84,9 miliar. Hal ini dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang saat itu mencapai US$ 97 per barel. Sementara, pada 2021 pendapatan Pertamina tercatat sebesar US$ 57,5 miliar atau sekitar Rp 939 triliun.
"Banyak faktor yang menyebabkan terutama karena harga minyak pada saat itu 97 dolar," katanya.
Selain pendapatan, kinerja keuangan lainnya seperti EBITDA juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada akhir 2023, EBITDA Pertamina tercatat mencapai US$ 14,4 miliar. Kemudian laba bersih juga tumbuh, dengan capaian US$ 4,4 miliar pada 2023.
"Di akhir 2023 kita 14,4 miliar dolar. Kemudian di NPAT laba bersih juga bertumbuh. Tahun 2023 kita finish dengan angka 4,4 miliar dolar," katanya.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Pengusaha Minta Pemerintah Awasi Ketat Distribusi HGBT
Next Article BBM Subsidi Mendominasi, Beban Pertamina Makin Berat