Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten telekomunikasi Grup Djarum PT Remala Abadi Tbk (DATA) menggenjot pembangunan jaringan fiber to the home (FTTH) di Jawa hingga Bali. Rencana ini dilakukan Remala secara organik maupun dengan skema kerja sama operasi (KSO) dengan berbagai mitra.
Terbaru, pihaknya menandatangani KSO dengan ARA Infra Indo untuk mengembangkan layanan broadband Nethome di wilayah Bali. Tak hanya itu, Remala juga menandatangani KSO dengan Data Prima Solusindo untuk pengembangan broadband Nethome di wilayah Tangerang Selatan.
"Dengan penandatanganan KSO ini diharapkan dapat meningkatkan penetrasi internet Nethome di Bali dan Tangerang Selatan," kata Vice President Revenue Assurance PT Remala Abadi Tbk, Samuel Adi Mulia, Jumat (7/11/2025).
KSO dengan ARA Infra Indo dan Data Prima Solusindo diharapkan dapat meningkatkan jumlah pelanggan internet Remala. Tahun 2026 untuk masing-masing wilayah KSO di Bali dan Tangerang Selatan, Remala optimis mampu menambah 500 ribu homepass.
Seperti diketahui, berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Komdigi) jangkauan fixed broadband di Indonesia saat ini baru mencapai sekitar 21% rumah tangga. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan penetrasi internet seluler yang sudah mencapai 80,66%.
Tak berbeda dari Komdigi, survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2025 menyebutkan, masyarakat Indonesia yang mengakses fixed broadband yang terpasang di rumah hanya 28,43%. Padahal pemerintah menargetkan jangkauan fixed broadband mencapai 50% rumah tangga pada tahun 2029, dengan kecepatan 100 Mbps.
Penetrasi fixed broadband di Indonesia yang masih rendah ini dinilai merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan perseroan dari sisi pengembangan bisnis, dan juga mendukung program pemerintah dalam percepatan serta memperluas fixed broadband di Indonesia.
Dari sisi keuangan, perusahaan meraih pendapatan sebesar Rp 314,4 miliar, atau meningkat 26% di kuartal ketiga 2025, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY), EBITDA yang dinormalisasi (normalized EBITDA) sebesar Rp 144 miliar dengan normalized EBITDA margin 46% dan laba bersih yang dinormalisasi (normalized PAT) sebesar Rp 65 miliar.
(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Rajai Bisnis Solusi AI & Data, Ini Jurus Ekspansi MTDL

3 hours ago
1
















































