1 day ago
4
Jakarta, CNBC Indonesia - Emas kini menjadi aset cadangan terbesar kedua di dunia. Hal ini terungkap dari laporan Bank Sentral Eropa (ECB), Rabu, merujuk data sepanjang 2024.
Stok emas bank sentral mendekati level yang terakhir kali terlihat pada tahun 1960-an. Dikombinasikan dengan harga emas yang melonjak, emas kini menjadi cadangan terbesar kedua setelah dolar AS dalam hal nilai.
Padahal di 2023, emas dan euro kira-kira berada pada level yang sama, 16%, sebagai cadangan resmi global. Namun di 2024, euro hanya 16% sementara emas 19% dan dolar AS 47%.
Bank sentral sendiri mengumpulkan aset likuid seperti mata uang asing dan emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan untuk mendiversifikasi kepemilikan mereka. Hal ini juga memungkinkan mereka untuk menjual cadangan ini untuk mendukung mata uang mereka sendiri di saat-saat sulit.
Emas dianggap memberikan nilai dan ketahanan jangka panjang melalui volatilitas. Bank sentral sekarang menyumbang lebih dari 20% dari permintaan globalnya, naik dari sekitar sepersepuluh pada tahun 2010-an.
"Data survei telah menemukan emas semakin menarik bagi negara-negara berkembang dan negara-negara berkembang yang khawatir tentang sanksi dan potensi erosi peran mata uang utama dalam sistem moneter internasional," tulis ECB, dikutip CNBC International Kamis (12/6/2025).
Harga emas telah menetapkan serangkaian rekor tertinggi baru selama beberapa tahun terakhir, termasuk pada tahun 2025. Reli yang menakjubkan telah berubah menjadi ketidakstabilan dalam beberapa bulan terakhir, karena pasar global telah diguncang oleh kebijakan tarif AS yang berubah dengan cepat.
Titik balik bagi logam mulia terjadi sekitar waktu invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, yang dikombinasikan dengan lonjakan inflasi dan ekspektasi kenaikan suku bunga, memacu pelarian ke apa yang disebut aset safe haven. Ketidakpastian geopolitik dan ekonomi terus meningkat secara konsisten sejak saat itu.
Setidaknya ada tiga negara yang mendorong emas naik. China, India dan juga Turki.
Meski begitu, ada tanda baru yang diyakini para analis. Tanda-tanda pembelian emas oleh bank sentral mungkun melempem beberapa bulan mendatang.
Kenapa?
Mengutip data World Gold Council, tingkat pembelian emas bank sentral turun 33% kuartal-ke-kuartal (qtq) dalam tiga bulan pertama tahun ini. Sementara pembelian oleh China melambat secara signifikan.
"Lembaga-lembaga (seperti bank) yang telah memainkan peran kunci dalam reli emas dan mungkin akan terus membeli emas, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat daripada dalam beberapa tahun terakhir," kata ekonom iklim dan komoditas di Capital Economics, Hamad Hussain.
"Memang, persepsi emas sebagai lindung nilai terhadap risiko fiskal, inflasi, dan geopolitik global mendukung argumen bagi manajer cadangan bank sentral untuk mengalokasikan porsi portofolio yang lebih besar untuk emas. Namun keraguan baru-baru ini atas status safe haven dolar juga dapat meningkatkan daya tarik... euro sebagai aset cadangan selama beberapa tahun mendatang," tambah Hussain.
Sementara itu analis lain menunjuk harga yang terus naik sebagai alasan perlambatan permintaan. Belum lagi diversifikasi lain dalam cadangan bank sentral.
"Mengingat kenaikan harga emas yang kuat, momentum pembelian emas dapat melambat. Namun dalam jangka panjang, latar belakang geopolitik yang tidak pasti dan keinginan untuk diversifikasi akan mendukung akumulasi emas sebagai cadangan," kata kepala analisis pasar di RBC Brewin Dolphin, Janet Mui.
"Karena AS ingin mengambil pendekatan yang lebih isolasionis dalam perdagangan, masuk akal bagi bank sentral mitra dagang utamanya untuk mendiversifikasi cadangan mereka dari dolar AS," tambahnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Video: Dunia Makin Galau, Emas Kian Berkilau
