Dunia Merana Perang Dagang China Vs AS, Negara Ini Justru Untung Besar

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah raksasa industri dunia mulai mengeluhkan dampak perang dagang yang diluncurkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap sejumlah negara dunia. Mereka mengeluhkan bahwa semakin menyumbat roda ekonomi dunia yang selama beberapa dekade dilumasi oleh perdagangan yang dapat diprediksi dan relatif bebas.

Perusahaan multinasional besar hingga pelaku e-commerce khusus minggu lalu memangkas target penjualan, memperingatkan tentang pemutusan hubungan kerja, dan meninjau rencana bisnis mereka, sementara negara-negara ekonomi utama merevisi prospek pertumbuhan di tengah data yang suram.

Sementara pasar keuangan bertaruh bahwa AS dan China akan menarik diri dari perang dagang habis-habisan dan bahwa Trump akan membuat kesepakatan untuk menghindari tarif yang lebih tinggi pada pihak lain, ketidakpastian mengenai di mana ini akan berakhir telah menjadi faktor penghambat utama.

"Kebijakan tarif AS merupakan guncangan negatif yang serius bagi dunia dalam waktu dekat," kata Isabelle Mateos y Lago, kepala ekonom grup di bank Prancis BNP Paribas, kepada Reuters, Senin (5/5/2025).

"Akhir dari tarif AS mungkin masih jauh dan pada tingkat yang lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya," ujarnya tentang tarif menyeluruh AS yang saat ini ditetapkan pada garis dasar 10% di samping biaya yang lebih tinggi dan khusus untuk sektor tertentu pada produk-produk seperti baja, aluminium, dan mobil.

Beijing mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya sedang mengevaluasi tawaran dari Washington untuk mengadakan pembicaraan mengenai tarif AS sebesar 145%, yang telah ditanggapinya dengan pungutan sebesar 125%. Pemerintahan Trump juga telah mengisyaratkan bahwa pihaknya hampir mencapai kesepakatan dengan negara-negara termasuk India, Korea Selatan, dan Jepang untuk menghindari lebih banyak tarif dalam beberapa minggu mendatang.

Sementara itu, perusahaan seperti produsen peralatan rumah tangga Swedia Electrolux memangkas prospeknya. Kemudian, Volvo Cars, produsen gawai komputer Logitech, dan raksasa minuman Diageo mengabaikan target mereka karena ketidakpastian.

Tak hanya itu, pencabutan perlakuan bebas bea "de minimis" ke AS merupakan pukulan telak bagi usaha kecil dari China yang sering mengirimkan barang dengan nilai di bawah US$ 800 (Rp 12,7 juta).

"Kami beralih dari nol ke 145%, yang benar-benar tidak dapat dipertahankan bagi perusahaan dan pelanggan," kata Cindy Allen, CEO Trade Force Multiplier, konsultan perdagangan global. "Saya telah melihat banyak bisnis kecil hingga menengah memilih untuk keluar dari pasar sama sekali."

Untung dari Perang Dagang

Meski perang dagang ini mencederai sejumlah negara, negara lainnya justru mendapatkan hal yang positif. India mencapai pertumbuhan manufaktur tertinggi dalam 10 bulan pada bulan April.

Hal ini disebabkan posisi India yang mulai menggeser China. Meski tetap terkena tarif dari Trump, besaran tarif Negeri Bollywood itu jauh lebih kecil dibandingkan China, sehingga memaksa banyak perusahaan seperti Apple menggeser produksinya ke negara itu.

"India berada pada posisi yang tepat untuk menjadi alternatif bagi Tiongkok sebagai pemasok barang ke AS dalam jangka pendek," kata ekonom pasar berkembang Shilan Shah di Capital Economics.

Walau begitu, untuk saat ini, sebagian besar ekonom menyebut taktik tarif Trump sebagai "guncangan permintaan" bagi ekonomi dunia yang, dengan membuat impor lebih mahal bagi bisnis dan konsumen Amerika, akan melemahkan aktivitas di tempat lain.

Sisi baiknya adalah hal ini dapat mengurangi tekanan inflasi dan dengan demikian akan memberi bank sentral di negara lain ruang lingkup yang lebih besar untuk meningkatkan ekonomi dengan pemotongan suku bunga. Hal semacam tampaknya dimanfaatkan oleh Bank of England minggu ini. 

Namun yang belum terjadi adalah apakah upaya Trump untuk menyeimbangkan kembali sistem perdagangan demi kepentingan Amerika akhirnya mendorong negara lain untuk merombak ekonomi mereka sendiri. Misalnya, jika China bergerak untuk meningkatkan stimulus bagi ekonomi domestiknya, atau negara-negara zona euro menghapus hambatan yang masih menghambat pasar tunggal mereka.


(tps)

Saksikan video di bawah ini:

Video: China Bantah Ada Negosiasi Dagang Dengan AS

Next Article Warning Xi Jinping untuk Trump, Blak-blakan Perang Dagang AS-China

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |