Dorong Keberlanjutan, Kemenperin Siap Gelar Forum Industri Hijau

12 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia -Kementerian Perindustrian melalui Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) akan menggelar Forum Industri Hijau Nasional (FIH) 2025 di Bandung. Forum ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan pra-acara The 2nd Annual Indonesia Green Industri Summit (AIGIS) 2025 yang akan diselenggarakan pada 20-22 Agustus 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC).

Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza menjelaskan forum ini menjadi dukungan terhadap pertumbuhan industri yang inklusif dan berkelanjutan. Melalui komitmen ini, diharapkan sektor manufaktur dalam negeri mampu menjaga ketahanan ekonomi nasional di tengah transisi global menuju industri manufaktur yang berkelanjutan.

"Forum ini menjadi momentum awal dalam membangun konsolidasi, menyampaikan inovasi, dan memperkuat komitmen menuju AIGIS 2025," kata dia dikutip Jumat (2/5/205).

Menurut dia, di tengah krisis iklim global, tuntutan efisiensi sumber daya, dan tren globalisasi pasar berbasis keberlanjutan, Indonesia harus mempercepat langkahnya menuju transformasi industri hijau.

"Dengan roadmap Net Zero Emission (NZE) sektor industri, kita menargetkan penurunan emisi sebesar 31% hingga 43% pada 2030 dan mencapai NZE sektor industri di tahun 2050," ujarnya.

Dia menegaskan, sebagai komitmen dalam mengurangi emisi GRK, pemerintah sedang melakukan revisi terhadap Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon (NEK). Kemenperin juga tengah menyusun regulasi terkait pengurangan emisi industri yang akan diberlakukan di tingkat lokasi fasilitas produksi industri pengolahan.

"Kebijakan ini akan mengatur pengendalian emisi polutan udara dan pengurangan emisi gas rumah kaca, penetapan batas atas emisi gas rumah kaca, mekanisme perdagangan karbon wajib (Emission Trading System/ETS) sektor industri, serta penetapan harga karbon mandatory," jelasnya.

Hal tersebut sesuai dengan tema FIH pada tahun ini, yaitu "Mendorong Implementasi Industri Hijau di Indonesia", dengan fokus pada percepatan adopsi teknologi rendah karbon, efisiensi energi, penerapan prinsip ekonomi sirkular, dan penguatan peran Industri Kecil dan Menengah (IKM) dalam ekosistem industri hijau nasional.

Adapun kegiatan ini dihadiri lebih dari 300 peserta, terdiri dari perwakilan pemerintah pusat dan daerah, pelaku industri besar dan IKM, pengelola kawasan industri, asosiasi industri, akademisi, hingga lembaga internasional seperti WRI Indonesia dan IESR.

Sebagai informasi FIH menjadi media sosialisasi kebijakan terkait industri hijau dan wadah bagi pertemuan antara para pelaku industri, akademisi, pemerintah daerah, dan calon mitra. Berbagai diskusi panel dalam forum ini mengulas pendekatan-pendekatan strategis dalam pengurangan emisi industri, penguatan ekosistem industri hijau, serta peran kebijakan lintas sektor dalam mendorong investasi teknologi ramah lingkungan dan efisiensi energi.

FIH 2025 juga menjadi ajang berbagi praktik terbaik dari pelaku industri yang lebih dulu mengadopsi prinsip keberlanjutan, seperti Kawasan Industri Jababeka, PT Gunung Raja Paksi, dan PT. Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS).

Selain itu, penyelenggaraan forum ini turut menyoroti strategi dekarbonisasi industri nasional pada IKM. Untuk itu, sesi ketiga dalam forum ini secara khusus membahas "Ekosistem Industri Hijau untuk Mendorong Daya Saing IKM Berkelanjutan", yang menghadirkan narasumber dari para pelaku IKM yang telah menerapkan prinsip industri hijau.

Mereka di antaranya CV Akasia (IKM tersertifikasi industri hijau), PT Azaki Food Internasional (IKM pangan berorientasi ekspor) serta Asosiasi Pengrajin dan Pengusaha Batik Indonesia yang menjadi penampung aspirasi dan kebutuhan IKM lain dalam upaya penerapan ataupun transformasi industri hijau.

Forum ditutup dengan penekanan bahwa keberhasilan transisi menuju industri hijau bergantung pada kolaborasi lintas sektor. Antara pemerintah pusat dan daerah, antara pelaku industri besar dan kecil, serta antara regulator dan lembaga pendukung.

FIH diharapkan dapat menjadi agenda rutin untuk mengukur kemajuan dan memperbarui strategi bersama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan dinamika pasar global.


(dpu/dpu)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Tarif Trump Ancam Sawit RI, Bos PTPN Punya Cara Menghadapinya?

Next Article Komitmen Dorong Keberlanjutan, Pertamina NRE Raih Penghargaan Ini!

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |