Dolar AS Ditendang Sana-sini, Mata Uang Ini Tunjukkan Tajinya

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa nilai tukar mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan usai terjadi perdamaian tarif dagang selama 90 hari ke depan antara AS dengan China.

AS dan China telah mencapai kesepakatan untuk menangguhkan sementara tarif selama 90 hari, dengan penurunan bea timbal balik yang signifikan. Kesepakatan ini memberikan kepercayaan kepada investor bahwa perang dagang skala penuh mungkin bisa dihindari.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengumumkan bahwa setelah pertemuan dengan pejabat China di Jenewa, kedua pihak telah menyetujui sebuah pernyataan bersama yang mencakup penurunan tarif sebesar 115 poin persentase.

Pertemuan tersebut merupakan kesempatan pertama bagi para pejabat dari kedua negara untuk berinteraksi secara langsung sejak Presiden AS Donald Trump kembali menjabat dan menerapkan kebijakan tarif yang agresif terhadap China.

Pihak AS telah meyakinkan bahwa negosiasi akan terus berlanjut dengan nada yang positif, serta menegaskan bahwa kedua negara tidak ingin berpisah secara ekonomi. Hal ini meningkatkan optimisme bahwa tarif yang diterapkan tidak akan berdampak terlalu buruk, sehingga pasar secara keseluruhan merasa lebih lega.

Kendati demikian, situasi belum sepenuhnya kembali ke kondisi sebelum masa pemerintahan Trump. Tarif dasar sebesar 10% tetap berlaku, jeda 90 hari masih berjalan, dan ketidakpastian terkait posisi akhir tarif serta dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global dan kebijakan bank sentral masih menjadi perhatian utama, menurut Jane Foley, Kepala Strategi Valas di Rabobank.

Performa Mata Uang Asia Bervariatif

Dilansir dari Refinitiv, mata uang Asia selama periode 9-13 Mei 2025 terpantau bervariatif terhadap dolar AS. Sebagian mengalami penguatan namun banyak yang mengalami pelemahan.

Pantauan CNBC Indonesia Research, sekitar lima mata uang mengalami penguatan yakni tenge Kazakhstan, yuan China, dram Armenian, afghani Afghanistan, dan lari Georgian.

Apresiasi paling tinggi yakni tenge Kazakhstan yang menguat sebesar 1,42%

Namun beberapa mata uang lainnya justru mengalami depresiasi, seperti won Korea Selatan dan yen Jepang tertekan masing-masing sebesar 1,49% dan 1,47%.

Sedangkan pada pagi hari ini, Rabu (14/5/2025) pukul 10:18 WIB, mata uang Asia yang mengalami penguatan terhadap dolar AS hanya dolar Taiwan, yen Jepang, dan ringgit Malaysia yang masing-masing menguat sebesar 0,39%, 0,23%, dan 0,19%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |