Di Forum Ini, INALUM Dorong Transformasi Industri Aluminium Nasional

5 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam rangka memperkuat posisi di rantai pasok global, PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) berpartisipasi dalam ajang internasional Fastmarkets Bauxite & Alumina Conference di Miami, Amerika Serikat. Di forum ini anggota holding industri pertambangan MIND ID ini memaparkan strategi besar transformasi industri aluminium nasional.

Melalui pendekatan hilirisasi total dari tambang hingga produk akhir yang sejalan dengan program Asta Cita, INALUM menargetkan peran sebagai pemain aluminium terintegrasi global sekaligus tulang punggung industrialisasi berkelanjutan Indonesia.

Dengan berbekal keberhasilan industri nikel nasional, INALUM telah mengakselerasi pengembangan ekosistem aluminium. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kapasitas produksi alumina dan aluminium primer serta sekunder.

Dalam lima tahun mendatang, INALUM menargetkan produksi sebesar 2.000 kilo ton perannum (ktpa) alumina, 900 ktpa aluminium primer, dan 150ktpa aluminium sekunder.

"Transformasi ini adalah bagian dari komitmen INALUM untuk menjadi perusahaan aluminium terintegrasi yang ramah lingkungan, efisien, dan mampu menjawab kebutuhan global dan domestik. Kami percaya bahwa kemandirian industri logam ringan adalah pondasi penting menuju ekonomi berkelanjutan," ujar Direktur Utama INALUM Ilhamsyah Mahendra dalam keterangan tertulis, Senin (7/4/2025).

Langkah yang dilakukan INALUM turut didukung oleh proyek strategis seperti pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat yang diperkirakan akan mulai berproduksi dengan kapasitas penuh yakni 1 juta ton pada Juli 2025. Selain itu, pengembangan smelter baru berkapasitas 600 ktpa serta optimalisasi smelter Kuala Tanjung akan memperkuat posisi INALUM sebagai pusat hilirisasi aluminium nasional.

Dalam sesi terpisah bertajuk "Navigating Growth: What Aluminium Can Learn from Indonesia Nickel's Expansion", Direktur Pengembangan Bisnis INALUM, Melati Sarnita menegaskan pentingnya mengambil pelajaran strategis dari industri nikel.

"Pengalaman nikel menunjukkan bahwa pertumbuhan pesat tanpa pondasi keberlanjutan akan menghadirkan risiko jangka panjang. Untuk itu, aluminium harus mulai dengan perencanaan energi yang bersih, diversifikasi pasar, dan kebijakan industri yang terarah sejak awal," kata Melati.

Dia juga menyoroti perlunya INALUM untuk membangun rantai pasok aluminium yang tangguh, berorientasi ESG (Environmental, Social, Governance) dan mampu menjawab tantangan geopolitik serta kebutuhan transisi energi global. Dengan prediksi defisit aluminium global mencapai jutaan ton hingga 2029, Indonesia, melalui INALUM, berada dalam posisi strategis untuk mengisi kesenjangan tersebut. Ekspansi produksi Aluminium tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan nasional, tapi juga ke pasar global.

Lantas, dengan visi menjadi perusahaan aluminium terdepan yang berbasis keberlanjutan, INALUM berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi hijau, membuka lapangan kerja berbasis teknologi, hingga memperkuat daya saing industri logam nasional. Implementasi ini akan menjadi kontribusi nyata INALUM dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045.


(rah/rah)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Strategi Inalum Hadapi Gejolak Ekonomi Global

Next Article Terus Naik, Inalum Bidik Produksi Hingga 1,5 Juta Ton Dalam 10 Tahun

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |