Jakarta, CNBC Indonesia - Kekhawatiran dunia terhadap dominasi China dalam rantai pasokan mineral kritis semakin meningkat setelah keputusan Beijing untuk membatasi ekspor logam tanah jarang (rare earth), campuran, dan magnet memicu peringatan luas dari industri otomotif global.
Para produsen mobil, termasuk dari Jerman dan India, memperingatkan bahwa kebijakan tersebut dapat menyebabkan gangguan produksi serius dan bahkan penghentian operasi jika tidak ada solusi cepat.
Langkah China yang diumumkan pada April lalu-berupa penangguhan ekspor berbagai mineral dan magnet penting-telah mengguncang rantai pasok internasional yang vital bagi sektor otomotif, manufaktur dirgantara, semikonduktor, hingga kontraktor militer.
Keputusan ini juga dinilai sebagai strategi Beijing dalam menggunakan dominasinya atas industri mineral kritis sebagai alat tawar dalam perang dagang yang terus memanas dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Jika situasi ini tidak berubah dalam waktu dekat, penundaan produksi, bahkan penghentian produksi, tidak bisa lagi dikesampingkan," kata Hildegard Mueller, kepala asosiasi industri otomotif Jerman, dalam pernyataan kepada Reuters, dikutip Rabu (4/6/2025).
Langkah pembatasan ini membuat banyak perusahaan di AS, Eropa, India, dan Jepang berebut mencari alternatif pemasok, di tengah kekhawatiran bahwa produksi kendaraan dan komponen strategis lainnya bisa terhenti sepenuhnya sebelum musim panas berakhir.
Magnet tanah jarang yang saat ini tertahan di berbagai pelabuhan China sangat penting dalam perakitan komponen mobil, drone, robot, hingga misil. Pengiriman hanya dapat dilanjutkan setelah proses lisensi ekspor disetujui oleh otoritas China, yang saat ini berjalan lambat.
India, misalnya, melalui perusahaan otomotif Bajaj Auto, memperingatkan bahwa kelanjutan pembatasan ini bisa "sangat mengganggu" produksi kendaraan listrik. India dilaporkan sedang merencanakan kunjungan darurat dari eksekutif otomotif ke Beijing dalam dua hingga tiga minggu ke depan.
Di Eropa, para diplomat dari negara-negara industri otomotif besar telah meminta pertemuan darurat dengan pejabat China. Sementara itu, delegasi bisnis dari Jepang dijadwalkan mengunjungi Kementerian Perdagangan China awal Juni untuk membahas masalah ini.
Sementara itu, pemerintahan Trump menyatakan tengah memantau secara aktif kebijakan China, yang diduga melanggar perjanjian perdagangan di Jenewa. Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan bahwa Trump dan Presiden China Xi Jinping diperkirakan akan membahas isu ini secara langsung pekan ini.
"Saya pastikan bahwa pemerintahan kami secara aktif memantau kepatuhan China terhadap perjanjian dagang Jenewa," ujar Leavitt. "Kami terus berkorespondensi dengan pihak China."
Trump sebelumnya sempat menyebut bahwa lambannya pelonggaran ekspor oleh China merupakan pelanggaran terhadap perjanjian dagang yang disepakati sebelumnya.
Sejak kembali menjabat awal tahun ini, Trump kembali menghidupkan kebijakan "tekanan maksimum" terhadap Beijing.
Ia telah memberlakukan tarif setinggi 145% terhadap produk-produk China, namun kemudian menurunkannya sebagian setelah mendapat tekanan dari pasar saham, obligasi, dan mata uang. Sebagai balasan, China mengaktifkan instrumen strategisnya di bidang ekspor mineral kritis.
Frank Fannon, mantan Asisten Menteri Luar Negeri AS bidang sumber daya energi di era Trump, menyebut bahwa disrupsi ini seharusnya tidak mengejutkan bagi siapapun yang memperhatikan perkembangan industri.
"Kita menghadapi tantangan produksi dalam negeri. Kita butuh pendekatan menyeluruh dari pemerintah untuk mengamankan sumber daya dan membangun kembali kemampuan produksi domestik," kata Fannon. "Waktu untuk bertindak seharusnya kemarin."
Sektor otomotif AS juga menyuarakan kekhawatiran besar. Dalam surat kepada pemerintahan Trump, Alliance for Automotive Innovation yang mewakili General Motors, Toyota, Volkswagen, Hyundai dan lainnya, menulis bahwa akses terhadap elemen tanah jarang sangat vital bagi produksi berbagai komponen otomotif.
"Tanpa akses yang andal terhadap elemen-elemen ini dan magnetnya, pemasok otomotif tidak akan dapat memproduksi komponen penting seperti transmisi otomatis, sensor, motor, sistem kemudi, hingga kamera," tulis asosiasi tersebut.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Pengusaha Minta Pemerintah Belajar Dari China Soal Ini
Next Article Tarif Trump Jadi Bumerang, China Lumpuhkan Mimpi Jet Tempur F-47 AS