FOTO : Ilustrasi prajurit TNI AL berjaga-jaga [ ist ]
SAYA tak bisa membayangkan narkoba 1,9 ton lolos dan beredar luas di masyarakat. Generasi kita bisa sakau. Kali ini saya ucapkan bravo buat TNI Angkatan Laut.
Mari kita dalami kisah heroik ini.
“Teh Cina rasa kokain? Siapa sangka negeri kita hampir jadi franchise Breaking Bad Asia Tenggara.”
Indonesia, tanah air beta, negeri subur tempat tumbuhnya padi, jagung, dan sabu-sabu. Ya, betul, bukan sabu goreng atau sabu-sabu Jepang yang di kuah itu, tapi sabu yang bisa bikin generasi rebahan kita jadi pemain telenovela 24 jam nonstop, nari di langit-langit sambil ngobrol sama lampu neon.
Untungnya, pesta pora narkotika itu batal total, digagalkan oleh abang-abang berseragam loreng, TNI Angkatan Laut! Bravo, bosku! Mereka bukan cuma menjaga laut, tapi juga mimpi anak muda supaya nggak berubah jadi sinetron horor tiap malam karena overdosis.
Kronologi singkatnya begini, wak! Ada kapal misterius bernama Aungtoetoe 99 (iya, namanya kayak merek bakpao) mondar-mandir di Perairan Karimun, Kepulauan Riau.
Kapal ini penuh gaya, lampu dimatikan, jalannya miring-miring, mungkin berharap dikira kapal hantu atau shooting film dokumenter Netflix. Tapi sayang, yang nemu mereka bukan kru film, tapi TNI AL dengan mode dewa perang aktif.
Dengan mata elang dan naluri ultrasonik, Tim Fleet One Quick Response (F1QR) langsung cium gelagat aneh. “Lah, kapal ini kenapa gelap-gelapan? Mau surprise party, apa nyelundupin masa depan yang rusak?” pikir mereka.
Maka dikejarlah si Aungtoetoe sampai ke tengah malam buta. Kapal masih ngeyel, pura-pura nggak lihat. Akhirnya, dor! tembakan peringatan dilepas. Kapal berhenti, bukan karena takut, tapi karena panik: “Waduh, ini bukan game!”
Lalu dimulailah pembukaan karung suci. Ada 95 karung, isinya bukan sembako, bukan baju bekas, tapi 1,2 ton kokain dan 705 kilogram sabu. Total: 1,9 ton narkoba. Ini bukan lagi pengiriman, ini mau buka cabang! Kemasannya lucu banget, pakai kotak teh Cina warna merah dan hijau.
Sekilas kayak oleh-oleh habis liburan ke Guangzhou, padahal isinya cukup buat bikin satu kota joget bareng lampu lalu lintas.
Bayangkan, wak! Kalau 1 gram sabu bisa bikin satu orang goyang patah tulang selama seminggu, maka 705 ribu gram sabu bisa bikin seluruh penduduk satu provinsi ngaku-ngaku jadi Naruto.
Belum lagi kokainnya. Astaga. Dengan jumlah itu, mungkin satu pulau bisa nyanyi duet sama ilusi masing-masing. Kita nyaris jadi negara kartel bumbu-bumbu mimpi buruk.
Jangan lupakan kru kapal, satu warga Thailand dan empat warga Myanmar, semua tanpa dokumen. Mereka mungkin berharap bisa pensiun muda setelah misi ini. Sayangnya, yang mereka dapat bukan resort bintang lima, tapi pendingin ruangan ruang tahanan yang elegan.
Operasi ini dimulai dari intelijen super peka tanggal 13 Mei 2025. Mereka langsung gerak cepat, karena kalau nunggu lama, bisa-bisa sabunya sudah jadi minuman sachet rasa “lupa diri”.
Kapal dicegat dini hari tanggal 14, diperiksa, dan akhirnya digiring ke Pangkalan TNI AL, bukan buat ditraktir, tapi buat diinterogasi sampai nangis pakai bahasa isyarat.
Kasus ini sekarang sedang diselidiki oleh BNN Kepri. Kita semua berharap hasilnya bukan plot twist seperti, “Oh, ternyata ini cuma latihan.” Karena kalau benar-benar lepas, anak-anak kita mungkin nggak lagi belajar matematika, tapi belajar nimbang sabu.
Terima kasih TNI AL. Kalian bukan hanya menjaga perairan, tapi juga menjaga kewarasan bangsa. Tanpa kalian, kita mungkin sedang live TikTok sekarang bareng generasi sakau, saling endorse teh Cina rasa neraka.
Sekali lagi, bravo TNI AL! Kalau bukan kalian, mungkin hari ini kita lagi trending karena berhasil bikin museum narkoba terbuka seluas 1,9 ton.
Merdeka dari penjajah? Sudah.
Merdeka dari narkoba? Masih loading…
#camanewak
Oleh : Rosadi Jamani
[ Ketua Satupena Kalbar ]