Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi bisnis yang tengah tertekan tidak hanya dialami sektor perhotelan, tapi juga usaha restoran. Bahkan, belakangan banyak pengusaha restoran atau di sektor makanan dan minuman (food and beverages/ FnB) yang dilaporkan harus gulung tikar karena menurunnya daya beli.
Bisnis restoran disebut bagaikan tak bernyawa, pengusaha pun tak membuka lowongan kerja (loker) karyawan baru. Bahkan, tak menerima pekerja magang.
Karenanya mudah ditemui banyak restoran utamanya skala usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang tutup. Tidak ketinggalan, restoran besar pun harus menghadapi biaya operasional yang tinggi, namun pendapatan cenderung menurun.
"Belum ada tanda-tanda kehidupan," Ketua Bidang Resto Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Emil Arifin kepada CNBC Indonesia, Senin (2/6/2025).
Naiknya biaya operasional terlihat dari tarif air PDAM meningkat hingga 71%, gas industri naik 20%, dan UMP naik 9% tahun ini. Margin keuntungan pun makin menipis.
Langkah efisiensi pun sudah mulai dilakukan oleh hotel. Dari survei PHRI, pemangkasan tenaga kerja terutama menyasar pekerja kontrak dan harian lepas dan beberapa hotel bahkan menghentikan sementara seluruh proses rekrutmen.
Di sektor restoran, kondisi serupa juga dirasakan. Perwakilan pelaku usaha hotel, Baskoro, menyebut belum ada PHK dilakukan, namun rekrutmen tenaga baru dan program magang dihentikan.
"Kami tidak rekrut orang baru, tidak terima magang dulu. Semua kami tahan," ucap Ketua PHRI DKI Jakarta Sutrisno Iwantono.
Kondisi ini membuat industri hotel dan restoran yang sebelumnya menjadi tulang punggung sektor pariwisata dan penyerap tenaga kerja di Jakarta dengan 603.000 orang bergantung pada sektor ini, terancam masuk ke fase kritis.
"Kalau tidak ada intervensi cepat dari pemerintah, seperti relaksasi anggaran perjalanan dinas dan perbaikan strategi promosi wisata, krisis ini bisa berdampak lebih luas, bahkan ke sektor lain seperti UMKM, logistik, dan seni budaya," tegas Sutrisno.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Kebijakan Efisiensi Dikritik, Ekonom Minta Pemerintah Realistis
Next Article Bos Hotel Bongkar Alasan Pengusaha Pusing Pemerintah Pangkas Anggaran