Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah gelar kerap membawa beban sejarah panjang dan aura intelektual tersendiri-seperti "Ayatullah". Layaknya sebuah tanda di cakrawala, gelar ini menjanjikan cahaya spiritual dan hukum, sekaligus mengundang rasa penasaran: siapa tepatnya yang pantas menyandangnya?
Kata Ayatullah berasal dari bahasa Arab dan Persia, terbentuk dari "āya" (tanda/mukjizat) dan "Allah" (Tuhan), yang secara harfiah berarti "tanda Tuhan" atau "refleksi Tuhan" di bumi .
Dalam konteks keagamaan Syiah, gelar ini diberikan kepada ulama tinggi yang kapasitasnya mencapai level mujtahid, yakni mampu memahami hukum Islam secara mendalam dan memberikan fatwa berdasar interpretasi hukum syariah.
Foto: Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melambaikan tangan selama pertemuan di Teheran, Iran, 27 Oktober 2024. (AFP/-)
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melambaikan tangan selama pertemuan di Teheran, Iran, 27 Oktober 2024. (AFP/-)
Tidak semua ulama bisa menyandang gelar ini. Hanya yang telah menguasai ilmu agama dan banyak diikuti murid serta komunitasnya dianggap layak.
Sebelum Revolusi Iran 1979, hanya beberapa ulama terkemuka menggunakan gelar ini. Namun sejak itu, jumlahnya membesar dari ratusan berkembang menjadi ribuan seiring melembaganya akses ke pendidikan tinggi keagamaan dan penerbitan karya hukum Islam .
Di atas Ayatullah, terdapat Grand Ayatullah atau Ayatullah al-Uzma yang berperan sebagai marja' taqlid sumber rujukan religius bagi umat Syiah. Mereka menerbitkan risalah amaliyah, semacam kitab pedoman ibadah dan sosial, dan fatwa mereka dapat diikuti jutaan penganut.
Nama-nama besar seperti Ruhollah Khomeini dan Ali Khamenei adalah contoh nyata Ayatullah. Khomeini sang Revolusioner Iran menggunakan gelar ini dalam perannya sebagai pemimpin spiritual dan politik. Singkatnya ini bukan gelar sembarangan, tapi simbol legitimasi ilmu dan kepemimpinan keagamaan.
Dalam sistem Syiah, Ayatullah dan apalagi Grand Ayatullah adalah figur berpengaruh.
Mereka dapat memberi fatwa terhadap perkembangan sosial-politik, misalnya tentang hukum publik maupun panduan moral. Fatwa mereka dipatuhi pengikutnya, dan dalam kasus seperti Iran, mereka terlibat dalam legitimasi kebijakan negara .
Ayatullah adalah gelar kehormatan tinggi dalam komunitas Syiah, menandakan seorang ulama mujtahid. Hanya sedikit yang mencapai level ini, dan lebih sedikit lagi yang jadi Grand Ayatullah. Di Indonesia, gelar ini tidak umum, tapi memahami maknanya membantu kita mengerti dinamika keagamaan global.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)