Arab Saudi Serang Yaman, Tak Bisakah Damai Saja!

13 hours ago 1

FOTO : Ilustrasi [ Ai ]

Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalbar ]

BARU saja kita ngerumpi soal UEA akan membangun kasino pertama di jazirah Arab, eh Arab Saudi malah nyerang tetangganya sendiri, Yaman. Tak bisakah damai saja.

Simak narasinya, nikmati Koptagulnya, wak!

Entah apa yang dipikirkan Arab Saudi, mungkin ketika uang sudah terlalu banyak, tetangga pun terlihat seperti papan catur. Yaman bukan lagi negara, melainkan petak kecil yang bisa digeser, diinjak, lalu dikomentari sambil ngopi.

Padahal tetanggaan, satu keyakinan, satu arah kiblat, bahkan Yaman itu negeri para habib. Tapi dalam filsafat perang modern, kekerabatan hanya berlaku saat Idulfitri, bukan saat pelabuhan disinggahi kapal roll-on roll-off berisi senjata.

Maka terjadilah perang versi terbaru. Perang tetangga rasa saudara, saudara rasa rival bisnis. Koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan udara ke Pelabuhan Al Mukalla di Yaman timur. Serangan itu menyasar pasokan militer dari Uni Emirat Arab (UEA) kepada Dewan Transisi Selatan, STC, sebagaimana dilaporkan SPA pada Selasa 30 Desember 2025 dan dikutip Arab News..

Arab Saudi, seperti dilansir France24, lalu menunjuk UEA sambil berkata kalimat paling sopan dalam kamus militer, sangat berbahaya. Abu Dhabi diperingatkan, seolah-olah perang ini baru mulai rusak etika bisnisnya. Mayor Jenderal Turki Al-Maliki menjelaskan, dua kapal dari Fujairah masuk ke Mukalla tanpa izin resmi.

Awak kapal menonaktifkan sistem pelacakan, menurunkan senjata dan kendaraan tempur dalam jumlah besar, demi tujuan paling damai di dunia, memicu konflik. Ini, kata beliau, melanggar gencatan senjata dan Resolusi DK PBB No. 2216 Tahun 2015. Dunia pun mengangguk, karena resolusi memang selalu kalah cepat dari kapal.

Warga sipil dan nelayan diminta menjauh dari pelabuhan. Ini himbauan klasik perang modern, silakan mengungsi, kami mau menyelamatkan kalian dengan bom presisi. Operasi militer besar-besaran diisyaratkan, karena kedamaian, seperti biasa, harus dipaksakan.

Kapal yang diserang diduga Greenland, berbendera St. Kitts, terpantau dari Fujairah pada 22 Desember dan tiba di Mukalla pada Ahad. Globalisasi bekerja dengan sempurna. Ada bendera Karibia, pemilik Dubai, pelabuhan Yaman, diserang jet Saudi, diperdebatkan dunia.

Video media sosial menunjukkan kendaraan lapis baja baru melintas di Mukalla. Mohammed al-Basha dari Basha Report memperkirakan eskalasi terukur. Dalam kamus perang, terukur berarti cukup panas untuk membunuh, tapi tidak cukup panas untuk membuat investor panik.

STC yang didukung UEA diprediksi memperkuat kendali. Sementara aliran senjata akan dibatasi karena Saudi menguasai wilayah udara. Di sini filsafat perang bekerja, siapa menguasai langit, menguasai narasi.

Mukalla berada di Hadramaut, sekitar 480 kilometer dari Aden, pusat kekuasaan anti-Houthi sejak Sanaa jatuh pada 2014. Kota ini baru direbut STC dalam beberapa hari terakhir. Sebelumnya, Saudi sudah menyerang STC pada Jumat sebagai peringatan agar mereka angkat kaki dari Hadramaut dan Mahra.

STC justru mengusir Pasukan Perisai Nasional yang didukung Saudi. Koalisi melawan Houthi kini sibuk melawan sesama koalisi. Sun Tzu mungkin tertawa sambil berkata, bila musuhmu bingung, buatlah mereka lebih bingung.

Al-Maliki menegaskan serangan dilakukan atas permintaan Rashad Al-Alimi, Presiden Dewan Kepemimpinan Presiden Yaman, demi melindungi warga sipil. Al-Alimi memperingatkan tindakan sepihak STC mendorong negara ke titik kritis. Operasi militer terbatas dilakukan, katanya, sesuai hukum humaniter internasional, memastikan tidak ada kerusakan tambahan. Pernyataan ini indah, sebab selalu diucapkan setelah ledakan.

Belum jelas korban jiwa, UEA belum berkomentar, media Abu Dhabi melaporkan, saluran AIC milik STC mengakui serangan tanpa detail. Sementara itu, keadaan darurat diumumkan selama 90 hari, blokade 72 jam, karena stabilitas memang butuh jadwal.

STC menduduki bandara, lembaga pemerintah, merebut Seiyun, bandara internasional, istana presiden, dan ladang minyak PetroMasila. Produksi 85.000 hingga 90.000 barel per hari terhenti. Dua belas orang tewas dan terluka. Minyak berhenti, perang lanjut. Bendera Yaman Selatan kembali dikibarkan, nostalgia 1967-1990 dihidupkan lagi, karena masa lalu selalu laku dijual saat masa depan habis.

Arab Saudi dan UEA, anggota OPEC+, mitra dekat, kini bersaing pengaruh dan bisnis. Mereka sama-sama melawan Houthi yang didukung Iran, sambil saling sikut di selatan. Ini bukan perang, ini kompetisi manajemen kawasan.

Jangan lupa, sejarah mencatat, pada Juli 2018, serangan Saudi-UEA di Hodeidah menewaskan sedikitnya 20 orang, 60 luka-luka, dekat rumah sakit al-Thawra dan pasar ikan. Data lama ini penting agar kita ingat, perang selalu baru di headline, tapi lama di kuburan.

Maka pembaca pun bingung. Siapa melawan siapa, siapa melindungi siapa, siapa mengirim senjata demi perdamaian. Di Timur Tengah, perang bukan lagi soal menang atau kalah, melainkan soal giliran. Yaman, seperti biasa, kebagian semua giliran itu.

#camanewak
#jurnalismeyangmenyapa
#JYM

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |