Arab Panas! Raja-Raja Bersatu di Saudi Lawan Trump Ambil Gaza di AS

2 weeks ago 13

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pemimpin Arab berkumpul di Arab Saudi Jumat (21/2/2025) ini. Mereka bertemu untuk membahas rencana pemulihan Gaza yang bertujuan untuk melawan usulan Presiden Donald Trump agar Amerika Serikat (AS) mengendalikan wilayah tersebut dan mengusir penduduknya.

Rencana Trump telah menyatukan negara-negara Arab yang beroposisi. Namun pertemuan Raja, pangeran hingga presiden itu tetap belum menemui titik temu soal siapa yang harus memerintah wilayah Palestina yang dilanda perang dan bagaimana mendanai rekonstruksinya.

Mengutip AFP, seorang sumber yang dekat dengan pemerintah Saudi mengatakan bahwa para pemimpin Arab akan membahas "rencana rekonstruksi untuk melawan rencana Trump untuk Gaza". Sumber Saudi mengatakan pembicaraan akan membahas Gaza "versi rencana Mesir".

Kantor Berita Resmi Saudi, mengutip seorang pejabat, mengonfirmasi pada hari Kamis bahwa Mesir dan Yordania berpartisipasi dalam pertemuan puncak Riyadh bersama dengan enam negara anggota Dewan Kerjasama Teluk. Dikatakan juga bahwa keputusan yang dikeluarkan oleh "pertemuan persaudaraan tidak resmi" akan muncul dalam agenda pertemuan puncak darurat Liga Arab yang akan diadakan di Mesir pada tanggal 4 Maret.

"Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi tiba di Arab Saudi pada hari Kamis," kata kantornya dimuat laman yang sama.

"Otoritas Palestina juga akan mengambil bagian dalam pembicaraan tersebut," tambah laporan AFP.

Trump sendiri telah memicu kemarahan global ketika ia mengusulkan AS "mengambil alih Jalur Gaza" dan merelokasi 2,4 juta penduduknya ke negara tetangga Mesir dan Yordania. Saat bertemu dengan Trump di Washington pada 11 Februari, Raja Yordania Abdullah II mengatakan Mesir akan menyampaikan rencana untuk jalan ke depan Gaza dan bukan AS.

Seorang pakar kebijakan luar negeri Saudi, Umer Karim, menyebut pertemuan puncak tersebut sebagai "yang paling penting" dalam beberapa dekade bagi dunia Arab. Ini menyatukan Arab secara lebih luas dan masalah Palestina.

Jalur Gaza sebagian besar hancur setelah lebih dari setahun perang antara Israel dan Hamas. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini memperkirakan bahwa pembangunan kembali akan menelan biaya lebih dari US$53 miliar.

Rencana Mesir

Kairo belum mengumumkan inisiatifnya. Meski belum rinci, tetapi mantan diplomat Mesir, Mohamed Hegazy menguraikan sebuah rencana "dalam tiga fase teknis selama periode tiga hingga lima tahun".

"Fase pertama, yang berlangsung selama enam bulan, akan difokuskan pada pemulihan awal dan pemindahan puing," katanya.

Fase kedua akan memerlukan konferensi internasional untuk memberikan rincian rekonstruksi dan fokus pada pembangunan kembali infrastruktur utilitas. Dan yang terakhir, kata Hegazy, akan memerlukan perencanaan kota, rekonstruksi perumahan, penyediaan layanan, dan pembentukan "jalur politik untuk menerapkan solusi dua negara".

"Tantangan terbesar yang dihadapi rencana Mesir adalah bagaimana membiayainya," kata seorang diplomat Arab yang memahami urusan Teluk itu.

Ia mengatakan, rencana tersebut juga berupaya mengatasi masalah rumit pengawasan pascaperang untuk Gaza, yang telah dikuasai Hamas sejak 2007, dengan pemerintahan Palestina yang tidak berpihak pada faksi mana pun. Pemerintahan tersebut akan terdiri dari "para pakar" dan akan "secara politik dan hukum berada di bawah Otoritas Palestina".

"Hamas akan mundur dari panggung politik dalam periode mendatang," tambahnya.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: AS Mau 'Caplok' Gaza, Negara Arab Bakal Gelar Rapat Darurat

Next Article Arab Bereaksi, Dunia Geger Trump Mau Ambil Gaza di Bawah AS

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |