AI Bawa Lowongan Profesi Baru Buat Warga RI, Kerjanya Begini

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan Artificial Intelligence (AI) terus terjadi dengan masif. Sejumlah negara bahkan saling berkompetisi untuk bisa jadi yang terdepan dalam perang AI.

Lalu di mana posisi Indonesia? CEO Lintasarta, Bayu Hanantasena menjelaskan Indonesia memiliki potensi besar. Karena seperti diketahui Sebab negara ini memang menjadi salah satu pasar terbesar dunia.

"Jadi, singkatnya, potensi di region, kita nomor 1. Potensi nomor 1. We have the largest market," kata Bayu di Jakarta, Rabu (12/3/2025).

Sementara di sisi kesiapan jadi hal yang berbeda. Dia mengatakan memang belum setinggi Singapura, yang disebutnya paling siap di bidang AI untuk wilayah ini.

Meski begitu, kesiapan Indonesia masih berada di tengah, bukan terlalu belakang juga di kawasan Asia Tenggara. Namun peluang Indonesia jauh lebih besar dengan penduduk yang jauh lebih besar dari Singapura.

"Tapi begitu kita maju dikit, itu efeknya significant," ujar Bayu.

Director and Chief Solutions Officer Lintasarta, Zulfi Hadi menjelaskan kesuksesan AI bisa didapatkan mereka yang sudah memulainya sekitar 5-6 tahun lalu. Hingga sekarang jumlahnya mencapai sekitar 10-20 perusahaan.

Dia mengatakan jumlah itu bisa bertambah lebih banyak dengan program Lintasarta bernama Laskar AI. Inisiatif itu untuk bisa mencetak talenta digital yang siap saat Indonesia Emas 2045.

Dalam program Laskar AI, para talenta akan dikembangkan kemampuan khusus untuk machine learning dan data science. Keduanya diketahui sebagai dasar untuk mengembangkan AI.

Sudah ada 600 peserta dalam program yang diumumkan bulan lalu. Menurutnya dengan tambahan itu Indonesia sudah bisa membangun teknologi AI di dalam negeri.

"Kita membangun AI dari bangsa kita," ujar Zulfi.

Diskusi soal Artificial Intelligence (AI) terus bergulir apakah bisa menggantikan manusia atau tidak. Sejumlah orang mengatakan manusia bisa digantikan AI, tapi ada juga yang berkata sebaliknya.

Zulfi menjelaskan orang yang tergantikan adalah mereka yang tidak menggunakan AI. Mereka, dari industri apapun, harus bisa naik kelas agar bisa membimbing AI atau 'guru' bagi teknologi tersebut.

"Istilahnya itu naik jadi Prompt Engineer. Jadi gurunya AI, jadi pembimbingnya AI," ucap dia.

Sebab dia menjelaskan AI harus diajarkan terus menerus oleh manusia. Ini menjadi tantangan bagi semua orang agar bisa meningkatkan diri dan bisa memanfaatkan AI.

"Nah, disitulah tantangan buat teman-teman yang ada di semua industri, itu harus meningkatkan diri kemampuannya bagaimana saya memanfaatkan AI. Gimana saya harus menjadi pelatihnya AI," tutur Zulfi.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Contek China, Ini Syarat RI Majukan Industri AI Generatif Lokal

Next Article Disebut Manusia Rp 1.900 Triliun, Ini Bahasa Paling Susah di Dunia

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |