Ahli Temukan Garis Keturunan 'Hantu' di Fosil Berusia 7.100 Tahun

1 day ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah studi baru menemukan kerangka berusia 7.100 tahun di China yang memiliki garis keturunan "hantu". Temuan ini mengonfirmasi apa yang sebelumnya hanya menjadi teori para ahli.

Penemuan tersebut didapat saat tim peneliti mempelajari ragam genetika kuno di wilayah China bagian tengah. DNA perempuan dari era Neolitik awal yang dikubur di situs arkeologi Xingyi, Provinsi Yunnan, China barat daya ternyata menyimpan petunjuk penting tentang asal usul populasi di Dataran Tinggi Tibet.

"Sepertinya dulu ada lebih banyak manusia sejenis dengannya, hanya saja belum ditemukan sampelnya," kata Qiaomei Fu, ahli paleontologi dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology di Beijing, dikutip Live Science pada Senin (2/6/2025).

Fu bersama timnya menganalisis 127 genom manusia kuno dari kawasan barat daya China. Hasilnya dipublikasikan pada 29 Mei 2025 di jurnal Science. Mayoritas kerangka yang diteliti berasal dari periode 1.400 hingga 7.150 tahun lalu dan ditemukan di Yunnan, wilayah yang kini memiliki keberagaman etnis dan bahasa tertinggi di China.

"Manusia purba yang hidup di wilayah ini kemungkinan menjadi kunci untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang populasi prasejarah Asia Timur dan Asia Tenggara," tulis para peneliti.

Salah satu misteri yang coba dipecahkan adalah asal-usul orang Tibet. Studi sebelumnya menunjukkan populasi Tibet modern memiliki campuran nenek moyang Asia Timur Utara, ditambah unsur genetika "hantu" yang hingga kini belum terpecahkan.

Dalam riset ini, ilmuwan menemukan kerangka tertua yang mereka uji menjadi missing link atau mata rantai yang hilang antara orang Tibet dan garis keturunan "hantu" tersebut.

Perburuan "Hantu" Genetik

Di situs Xingyi, ditemukan puluhan makam dari era Neolitik (7000-2000 SM) hingga Zaman Perunggu (2000-770 SM). Di lapisan terdalam, arkeolog menemukan kerangka perempuan yang menurut analisis karbon ia hidup sekitar 7.100 tahun lalu, sementara isotop pada tulangnya mengindikasikan gaya hidup seorang pemburu.

Namun kejutan muncul dari analisis genom. Perempuan yang kemudian dinamai Xingyi_EN ini ternyata memiliki nenek moyang yang tidak banyak berhubungan dengan populasi Asia Timur maupun Selatan. Justru, DNA-nya lebih dekat dengan populasi Asia purba yang sangat terpisah, dan hanya terlihat dalam genetik masyarakat Tibet modern.

Istilah "populasi hantu" sendiri mengacu pada kelompok manusia purba yang tidak teridentifikasi lewat fosil, namun keberadaannya bisa ditelusuri lewat jejak DNA pada populasi masa kini. Garis keturunan Xingyi_EN tidak berkaitan dengan DNA manusia purba terkenal seperti Neanderthal atau Denisovan.

Menurut tim peneliti, Xingyi_EN berasal dari lini keturunan yang benar-benar baru, yang bercabang dari manusia modern lain setidaknya sejak 40.000 tahun lalu. Mereka kemudian menamainya sebagai keturunan Basal Asian Xingyi.

Selama ribuan tahun, garis keturunan ini terisolasi, tanpa kawin campur dengan populasi manusia lain. "Kemungkinan isolasi ini yang membuat garis keturunan tersebut tetap murni tanpa pencampuran dengan populasi lain," kata Fu.

Namun pada titik tertentu, keturunan Xingyi_EN mulai bercampur dengan populasi Asia Timur lain. "Populasi campuran ini bertahan cukup lama, dan sebagian DNA-nya kini ada pada beberapa orang Tibet," jelas Fu.

Meski demikian, para peneliti mengingatkan kesimpulan ini masih bersifat sementara, mengingat data genetika saat ini baru berasal dari satu individu. Riset lanjutan dibutuhkan untuk memahami sepenuhnya hubungan antara Xingyi_EN dengan garis keturunan "hantu" di Tibet.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Efek Domino Perang Dagang ke Bisnis Parfum Lokal

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |