Adu Kinerja Bank Digital : ARTO Vs BBYB Vs BBHI, Siapa Paling Kuat?

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham bank digital bergerak moncer seiring dengan kinerja laporan keuangan kuartal I/2025 yang ciamik. Ada yang laba bersihnya tumbuh sampai 1000%.

Saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) meroket paling tinggi sampai lebih dari 40% dalam sebulan, diikuti PT Bank Jago Tbk (ARTO) dengan penguatan harga saham sampai 30,38% dan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) sebesar 8,96%.

 ARTO Vs BBYB Vs BBHIFoto: Tradingview
Perbandingan kinerja harga saham bank digital : ARTO Vs BBYB Vs BBHI

Tiga bank digital ini juga diketahui sudah merilis laporan keuangan sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Hasilnya, laba bersih tumbuh positif, tetapi ada beberapa hal yang menjadi risiko.

Berikut rincian kinerja-nya :

ARTO

Sampai Maret 2025, ARTO berhasil mencetak laba bersih sebanyak Rp60,3 miliar, terbang 178% secara tahunan (yoy).

Capaian ciamik laba tersebut didorong pendapatan bunga dan syariah melesat 80,7% yoy menjadi Rp788,8 miliar dan net interest income (NII) naik 71,5% yoy ke Rp591,5 miliar.

Bunga yang menjadi sumber pendapatan ARTO ini ditopang oleh penyaluran kredit yang ekspansif, tumbuh 42% yoy dan 14% secara kuartalan (qoq) ke posisi Rp20,26 triliun.

Portofolio kredit ARTO mayoritas dialokasikan ke segmen Partnership & Ecosystem Lending sebanyak Rp20,19 triliun, sementara sisanya hanya Rp62 miliar untuk pembiayaan syariah.

Menariknya, ARTO ini juga mencatat dana murah 15,1% yoy menjadi Rp11,51%, sehingga porsi CASA terhadap DPK menjadi 54%.

Namun, perlu dicatat ada risiko dari dari sumber pendapatan yang kebanyakan dari deposito bunga mahal, membuat beban bunga melambung lebih dari dua kali, alhasil CKPN membengkak sampai lebih dari empat kali lipat.

Cost of fund naik dari kuartal pertama 2024 sebesar 3,1% menjadi 4% pada kuartal pertama tahun ini. Credit cost juga mengalami hal yang sama, naik signifikan dari 1,5% ke 4,9%.

BBYB

BBYB terbilang jadi emiten bank digital yang laba bersih-nya tumbuh paling pesat sampai lebih dari 1000%.

Tercatat pada sepanjang kuartal pertama tahun ini, BBYB mencetak laba Rp159,94 miliar, terbang 1023% yoy dari posisi Rp14,23 miliar.

Direktur Utama Bank Neo Commerce Eri Budiono menyatakan perseroan berada pada jalur yang tepat untuk terus tumbuh dan memberikan hasil yang lebih baik ke depannya.

"Ini merupakan hasil dari komitmen kami untuk terus berinovasi, menjaga kualitas aset secara berkelanjutan, serta meningkatkan efisiensi secara terukur," ungkapnya melalui siaran pers pada Rabu (30/4/2025).

Namun, ada yang perlu dicatat, dari lonjakan laba yang fantastis itu ternyata tidak dihasilkan dari pendapatan bunga, lantaran NII malah kontraksi signifikan sampai 20,2% yoy menjadi Rp617,23 miliar.

Penurunan pendapatan bunga ini terjadi karena BBYB masuk dalam mode konservatif lantaran hanya mampu salurkan kredit 3,1% qoq ke posisi Rp8,50 triliun. Kredit ini banyak disalurkan ke kredit digital sampai 89% dan lebih dari 50% ke segmen rumah tangga.

Laba bersih BBYB lebih banyak ditopang efisiensi dengan menekan CKPN sampai 46,5% dan biaya operasional susut 38,8%. Ini membuat Cost to Income (CIR) turun signifikan dari 113,6% menjadi 77,9%.

Meski begitu, BBYB mempertahankan momentum positif pertumbuhan DPK yang naik 4,8% ke posisi Rp13,70 triliun. Berkat itu, likuiditas kembali melimpah dengan posisi LDR di 58%.

BBHI

Terakhir, untuk BBHI mencatat laba bersih Rp112,5 miliar, tumbuh 0,9% yoy. Meskipun ini tumbuh positif, tapi ada beberapa hal yang positif dan bisa dibilang kinerja-nya lebih stabil dibanding dua bank sebelumnya.
BBHI mencatat pendapatan bunga naik 17,1% yoy ke posisi Rp401,2 miliar dan NII juga ikut naik 18,6% menjadi Rp312,1 miliar.

Bank digital ini sepanjang periode kuartal pertama 2025 mendapat tambahan pendapatan dari denda keterlambatan dan biaya administasi yang terbang sampai 146% jadi Rp71,8 miliar. Ini berkontribusi sampai 20% pendpaatan.

Di sisi lain, untuk menjaga kredit macet, BBHI memiliki CKPN tebal, melesat 703% menjadi Rp53,7 miliar. Pertahanan bank ini untuk menjaga risiko kredit terbilang kaut dengan CKPN terhadap NPL mencapai 117%. Adapun, struktur permodalan juga masih sangat kuat tercermin dari CAR di atas 8%

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |