7 Tanda Anak Jadi Korban Bullying, Orang Tua dan Guru Wajib Tahu!

3 hours ago 1
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Tindakan perundungan atau bullying bisa mengganggu mental seseorang, terlebih lagi anak, Pelaku bisa saja melakukan tindakan tidak terduga untuk melawan tekanan fisik dan mental yang diberikan pelaku perundungan.

Pelaku ledakan di SMA Negeri 73 Kelapa Gading, Jakarta Utara bahkan diduga merupakan korban bullying. Seorang siswa SMAN 72 memberikan kesaksian itu, dengan menyebut perundungan yang dialami membuat pelaku tidak kuat mentalnya.

Menurut siswa itu, terduga pelaku yang duduk di bangku kelas 12 suka menyendiri dan senang menggambar sesuatu yang berbau ekstremisme. Pelaku peledakan itu bahkan disebut menyukai video perang.

"Sering nonton tembak-tembakan gitu," kata Ilham. "Infonya dari teman kelasnya. Teman dekat," ujarnya sebagaimana laporan CNN Indonesia, dikutip Minggu (9/11/2025).

Aksi perundungan memang kerap terjadi terhadap anak-anak. Lembaga perlindungan anak PBB, yakni UNICEF melaporkan satu dari lima anak di dunia ini mengalami perundungan di sekolah, sementara satu dari tiga anak pernah dirundung secara daring.

"Perundungan dapat memengaruhi kesehatan mental, kesehatan fisik, dan prestasi sekolah anak. Anda mungkin mendengar dari beberapa orang bahwa perundungan bukanlah masalah besar, atau fase yang harus dilalui semua anak untuk menjadi lebih tangguh. Namun, ini tidak benar," tulis UNICEF dalam artikel bertajuk "Bagaimana Anda tahu jika anak Anda sedang diganggu?".

Selain dampak langsungnya, perundungan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan dalam jangka panjang. Beberapa penelitian menunjukkan anak-anak atau remaja yang dirundung berisiko lebih tinggi mengalami depresi, kecemasan, gangguan panik, dan bunuh diri di masa dewasa.

Ini berarti sangat penting bagi orang tua dan guru untuk turun tangan ketika seorang anak dirundung. Namun, anak-anak seringkali tidak langsung membicarakan perundungan kepada orang tua atau orang dewasa lainnya, dan tidak selalu mudah untuk menyadari kapan hal itu terjadi.

Berikut ini beberapa tanda yang perlu diwaspadai, menurut UNICEF:

1. Perubahan perilaku

Meskipun perilaku anak atau remaja dapat berubah bahkan tiba-tiba karena berbagai alasan, perubahan yang tidak dapat dijelaskan dapat menjadi tanda adanya jenis stres baru dalam hidup mereka, seperti perundungan.

Beberapa anak mungkin menjadi lebih pendiam, atau tampak menarik diri dari aktivitas sosial. Mereka mungkin tampak kehilangan kepercayaan diri yang dulu mereka miliki.

Mereka mungkin tampak lebih gugup atau cemas. Atau mereka mungkin tampak sangat marah. Mereka mungkin juga menjadi sangat tertutup.

2. Perilaku agresif

Perilaku agresif secara verbal maupun fisik terhadap orang lain juga bisa menjadi tanda perundungan. Faktanya, anak-anak yang pernah mengalami kekerasan fisik atau emosional (baik oleh teman sebaya maupun orang dewasa) lebih mungkin menunjukkan perilaku tersebut.

3. Masalah makan atau tidur

Perubahan kebiasaan makan atau tidur bisa menjadi tanda adanya masalah lain. Ini bisa berupa, misalnya, tiba-tiba makan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya, tidak bisa tidur, atau mengalami mimpi buruk.

4. Gejala fisik

Stres dapat bermanifestasi melalui gejala fisik. Jika seorang anak atau remaja mengeluhkan masalah seperti sakit perut, sakit kepala, atau mual, hal itu bisa jadi merupakan reaksi terhadap pengalaman negatif seperti perundungan.

5. Menghindari teman, sekolah, atau media sosial

Jika seorang anak atau remaja tampak takut atau cemas pergi ke sekolah, membolos, atau mengatakan mereka kurang sehat di pagi hari, karena alasan yang tidak dapat dijelaskan secara fisik, bisa jadi mereka sedang di-bully di sekolah. Atau, prestasi mereka di sekolah mungkin lebih buruk daripada sebelumnya.

Tentu saja, perundungan juga bisa terjadi di luar sekolah. Jika seorang anak tidak lagi bertemu teman-temannya sepulang sekolah atau di akhir pekan, itu mungkin merupakan indikasi bahwa ia telah "dikucilkan" dari lingkungan sosialnya dan menjadi korban perundungan.

Demikian pula, jika mereka dulu menggunakan media sosial dan sekarang menghindarinya, ada baiknya mempertimbangkan apakah mereka pernah mengalami perundungan daring.

6. Tidak ingin membicarakan teman, sekolah, atau media sosial.

Demikian pula, jika seorang anak pernah membicarakan pertemanannya dan sekarang tidak lagi, ini bisa menjadi tanda adanya ketegangan dalam pertemanan, termasuk potensi perundungan.

Ketika orang tua atau guru bertanya tentang apa yang mereka lakukan di media sosial, anak yang dirundung mungkin akan marah atau menghindari penjelasan.

7. Tanda-tanda fisik

Jika seorang anak dirundung secara fisik, Anda mungkin melihat mereka mengalami luka-luka, seperti memar. Pakaian mereka mungkin robek. Atau barang-barang mereka mungkin 'hilang', atau rusak.

Cara penanganan korban bully

UNICEF pun memperingatkan penting untuk diingat salah satu atau semua ciri-ciri di luar kebiasaan normal itu dapat terjadi karena berbagai alasan. Jika berdiri sendiri, hal-hal tersebut belum tentu berarti seorang anak mengalami perundungan.

Namun, jika Anda mengenali tanda-tanda peringatan ini, Anda dapat mengambil langkah-langkah berikut untuk mempelajari lebih lanjut dan mengambil tindakan sesuai kebutuhan.

Jika Anda khawatir anak Anda menunjukkan tanda-tanda perundungan, apa yang bisa Anda lakukan? Pertama, penting untuk meluangkan waktu untuk menjalin hubungan dengan anak Anda.

Beri tahu anak Anda bahwa Anda siap mendengarkan dan mereka dipersilakan untuk berbagi tantangan dengan Anda sehingga Anda dapat memberikan dukungan dan bantuan untuk mempertimbangkan berbagai pilihan.

Tanyakan dengan lembut kepada anak Anda tentang perundungan dan beri tahu mereka bahwa jika mereka dirundung, itu bukan salah mereka.

Jika anak Anda mengaku bahwa mereka dirundung, ucapkan terima kasih atas ceritanya dan cobalah untuk mengingat apa yang telah terjadi.

Mencatat setiap kejadian perundungan dapat membantu (termasuk menyimpan catatan untuk dibagikan kepada pihak sekolah atau pihak terkait lainnya jika diperlukan).

Pertimbangkan tindakan yang dapat diambil bersama. Hindari mendorong anak Anda untuk menggunakan agresi atau kekerasan sebagai respons terhadap perundungan, karena hal ini seringkali dapat memperburuk keadaan; sebaliknya, pertimbangkan untuk menjauh dan berbicara dengan guru atau pihak berwenang lainnya.

Biarkan anak Anda memimpin dalam menentukan langkah yang harus diambil dan cobalah untuk tidak langsung memberikan solusi sampai Anda mendengarkan mereka terlebih dahulu.

Jika anak Anda mengalami perundungan di sekolah, atau jika mereka mengalami perundungan siber oleh siswa lain, hubungi pihak sekolah dan bekerja samalah untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Sebagian besar sekolah menanggapi perundungan dengan serius dan akan mengambil tindakan. Namun, perundungan perlu dilaporkan agar mereka dapat melaporkannya.

Ingatlah bahwa korban segala bentuk kekerasan, termasuk perundungan jenis apa pun, berhak atas keadilan dan meminta pertanggungjawaban pelaku.

Mendukung anak Anda juga dapat membantu dengan cara lain. Misalnya, Anda dapat membantu membangun rasa percaya diri mereka dengan mendorong mereka mengikuti kelas atau kegiatan yang mereka sukai dan yang memungkinkan mereka menjalin pertemanan baru.

Kenali dan perkuat kekuatan anak Anda dengan memberi mereka kesempatan untuk berprestasi dan memberikan umpan balik positif. Memperlakukan mereka dengan baik dan mengingatkan mereka bahwa mereka selalu bisa berbicara dengan Anda tentang apa pun sangatlah penting, baik agar mereka merasa didukung oleh Anda maupun agar mereka mengerti bahwa mereka pantas diperlakukan dengan hormat dan kasih sayang, bukan dirundung.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Suga BTS Donasi Rp59,6 Miliar untuk Bangun Pusat Terapi Autisme

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |