3 Negara Sudah Deal dengan Trump: Ini Detail Kesepakatannya

10 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang tenggat waktu negosiasi kebijakan tarif dagang pemerintahan amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 9 Juli 2025 mendatang, sejumlah negara mulai menunjukkan hasil negosiasi yang cukup baik. Setidaknya ada tiga negara yang telah berhasil mencapai kesepakatan dengan Amerika Serikat (AS) yakni Inggris, China, dan Vietnam.

Kesepakatan Inggris Dengan AS

Inggris menjadi salah satu negara yang berhasil mencapai kesepakatan tarif dagang dengan Amerika Serikat (AS),

Dalam kesepakatan tersebut, tarif ekspor kendaraan asal Inggris ke AS berhasil diturunkan, dari sebelumnya 27,5% menjadi hanya 10%. Langkah ini dinilai sebagai penyelamat bagi industri manufaktur otomotif Inggris sekaligus bentuk perlindungan terhadap ratusan ribu lapangan kerja.

Tak hanya itu, sektor penerbangan juga akan diuntungkan. AS sepakat untuk mencabut tarif sebesar 10% terhadap barang-barang penting seperti mesin dan suku cadang pesawat. Keputusan ini memberi kabar baik bagi sektor penerbangan Inggris untuk kembali kompetitif di pasar global.

"Kesepakatan bersejarah kita dengan Amerika Serikat akan menguntungkan bisnis Inggris dan melindungi lapangan pekerjaan," tegas Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, kepada Reuters.

Kesepakatan ini pun dipandang sebagai kemenangan besar bagi sektor manufaktur otomotif dan penerbangan di Inggris, yang belakangan ini menghadapi tekanan dari tingginya biaya tarif antar negara.

Kesepakatan China Dengan AS

AS dan China juga akhirnya mencapai kesepakatan dagang terbaru yang menandai meredanya ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.

Dalam kesepakatan tersebut, China akan kembali mengekspor mineral tanah jarang ke AS. Sebagai imbalannya, AS sepakat untuk mencabut sejumlah tindakan pembatasan terhadap China, hal ini di konfirmasi oleh Kementerian Perdagangan China, meskipun rincian kebijakan yang akan dihapus masih belum diumumkan secara resmi.

"pihaknya akan meninjau dan menyetujui permohonan ekspor untuk barang-barang yang dikendalikan dan AS akan mencabut serangkaian tindakan pembatasan terhadap China," ujar Menteri Perdagangan China.

Kesepakatan ini menjadi titik balik dari perseteruan dagang yang sempat memanas dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, AS memberlakukan tarif impor hingga 145% terhadap barang-barang asal China, yang kemudian dibalas oleh China dengan mengenakan tarif 125% terhadap produk-produk dari AS.

Ketegangan akhirnya mereda setelah kedua negara melakukan pertemuan bilateral di Geneva, pada 12 Mei 2025. Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa tarif akan diturunkan secara signifikan: menjadi 30% untuk barang-barang asal China dan 10% untuk produk-produk dari AS.

Langkah ini dinilai sebagai sinyal positif bagi pasar global, terutama sektor teknologi dan manufaktur, yang sangat bergantung pada pasokan rare earth dari China.

Kesepakatan Vietnam Dengan AS

Mengikuti langkah China dan Inggris dalam negosiasi tarif dengan AS, Vietnam dan Amerika Serikat (AS) baru saja menyepakati perjanjian tarif dagang terbaru, hanya beberapa hari menjelang tenggat waktu kebijakan tarif Trump.

AS akan memberlakukan sebesar 20% terhadap barang-barang asal Vietnam. Sebaliknya, AS memberikan tarif 0% untuk produk-produk nya yang masuk ke Vietnam. Ini diumumkan oleh Donald Trump langsung melalui media sosial miliknya, Truth Social.

Selain itu, Vietnam juga menyetujui pengenaan tarif sebesar 40% untuk barang-barang asal negara lain seperti China, yang dikirim ke AS melalui Vietnam.

Perlu diingat, pada awal penetapan resiprokal tarif, Trump memberikan tarif import dari Vietnam sebesar 46%.Tarif tersebut kemudian turun menjadi 10% ketika Trump membuat "Tariffs Pause" selama 90 hari.

Khusus untuk China, terdapat layer tarif yang akan diberlakukan
1. Kelompok Fentanyl dikenakan tarif 20%

2. Kelompok Section 232 dikenakan tarif 50%

Kelompok ini termasuk produk baja dan aluminium, produk turunan baja dan aluminium, mobil dan suku cadang otomotif, serta beberapa peralatan rumah tangga yang mengandung baja dan aluminium

3. Kelompok Section 301 dikenakan tarif 25%
Kelompok ini termasuk bahan kimia anorganik dan organik, produk farmasi, karet dan turunannya, besi dan baja serta produk turunannya, aluminium dan turunannya, reaktor nuklir, mesin listrik dan peralatan, kendaraan dan suku cadang, pesawat, kapal, alat optik, fotografi, sinematografi, alat ukur, medis, dan bedah,

4. Kelompok 301-daftar 2 dikenakan tarif 25%

Kelompok ini terdiri dari bahan kimia anorganik, karet, reaktor nuklir, mesin listrik, kendaraan, lokomotif dan suku cadangnya, pesawat, kapal, struktur apung, serta alat optik dan medis
5. Kelompok 301-daftar 3 dikenakan tarif 25%

Kelompok ini terdiri dari produk hewani dan nabati, lemak hewani dan nabati, makanan olahan, minuman, produk mineral, bahan kimia, pupuk, plastik dan karet, kulit mentah dan olahan, kayu dan produk kayu, tekstil, topi, bulu, batu, semen, asbes, logam mulia dan batu permata, logam dasar, mesin, kendaraan, kapal, alat optik, alat medis, serta barang manufaktur lainnya.

6. Kelompok Section 301 - Daftar 4A dikenakan tarif 7,5%
Kelompok ini terdiri dari hewan hidup dan produk hewan, produk nabati, lemak dan minyak nabati/hewan, makanan olahan, minuman dan rokok, produk mineral, bahan kimia dan turunannya, plastik, karet, kulit mentah dan olahan, kayu, pulp selulosa, tekstil, alas kaki, topi, payung, tongkat jalan, keramik, kaca, perhiasan, logam dasar, mesin, kendaraan, kapal, alat medis, senjata, barang seni dan antic.

7. Kelompok Section 301 dikenakan tarif 25-100% (Direview 4 tahun)
Kelompok ini terdiri dari suku cadang baterai (non-lithium-ion), kendaraan listrik, masker, baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik dan non-kendaraan, sarung tangan medis, grafit alam, mineral kritis lainnya, magnet permanen, semikonduktor, derek pelabuhan, panel surya, produk baja dan aluminium, alat suntik dan jarum.

8. Kelompok most-favored-nation (MFN) dikenakan tarif 3,3%
Semua impor (tarif dasar berdasarkan aturan WTO)

Sebagai catatan, China dan Vietnam adalah salah satu mitra dagang terbesar di AS. Defisit AS dengan China dan Vietnam bahkan menembus angka di atas US$ 100 miliar.

Selain dari ketiga negara yang sudah memiliki kejelasan tentang negosiasi tarif dagang dengan Trump, masih banyak negara yang sedang dalam proses negosiasi. 

India salah satunya, yang sempat optimis tentang keberhasilan negosiasi dengan AS namun saat ini sedikit memudar. Hal ini dikarenakan kedua negara masih belum menemui titik tengah tentang tarif terhadap komponen otomotif, baja dan produk pertanian.

Saat ini masih dalam pembicaraan mengenai apakah India bersedia melonggarkan proteksi dagang mereka pada produk seperti susu, kacang almond, pistachio, kenari, dan kacang kedelai serta apakah AS mau untuk melonggarkan tarif impor baja dan suku cadang mobil India.

Perlu diingat bahwa India dikenakan tarif resiprokal sebesar 26% oleh AS, meskipun saat negosiasi ini berlangsung tarif yang berlaku adalah sebesar 10%.

Selain itu, Jepang juga masih dalam proses negosiasi dengan pemerintah AS Meskipun Trump saat ini masih terus menganggap Jepang tidak adil dalam perdagangan di sektor otomotif. Secara umum Jepang ikut terkena tarif ekspor barang ke AS sebesar 10%, tapi khusus untuk ekspor kendaraan ke AS, mereka dikenai tarif sebesar 25%.

Dalam negosiasinya, Trump meminta Jepang untuk mengimpor lebih banyak minyak bumi dari AS serta beberapa produk lainnya seperti beras.

"Saya sangat menghormati Jepang, tetapi mereka tidak mau mengambil beras dari kita, sedangkan mereka sedang mengalami kekurangan beras yang sangat besar," kata Trump dalam postingannya di Truth Social.

Bagaimana Dengan Indonesia?

Pemerintah Indonesia sampai saat ini masih dalam proses negosiasi juga dengan AS. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pun sudah mengadakan pertemuan beberapa kali dengan Menteri Keungan AS Kenneth Homer Bessent dan Duta Besar United States Trade Representative untuk membahas dokumen negosiasi tarif itu.

Airlangga mengatakan, selama pertemuan dan beberapa kali pertukaran dokumen negosiasi tarif itu, pemerintah Amerika Serikat tidak mengajukan tambahan permintaan terhadap Indonesia. Permintaan utama pemerintah AS saat mengenakan tarif resiprokal 32% ke Indonesia sebatas menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara.

Selain itu, Indonesia juga telah mengundang AS untuk berinvestasi bersama dalam proyek mineral di dalam negeri, sebagai bagian dari negosiasi tarif. 

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |