Jakarta, CNBC Indonesia - Tepat pada Selasa hari ini (29/4/2025) akan menandai 100 hari pertama kepemimpinan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Selama itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah kena banyak guncangan, utamanya karena derasnya dana keluar dari asing.
Sebagai catatan, Donald Trump dilantik kembali sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2025, menandai awal masa jabatan keduanya yang tidak berurutan.
Maka, 100 hari pertama masa jabatan keduanya berlangsung dari 20 Januari hingga hari ini yang jatuh pada tanggal 29 April 2025.
Kembalinya Trump ke Gedung Putih langsung ditandai dengan pendekatan proteksionis yang lebih ekstrem dibanding masa jabatan pertamanya.
Langkah-langkah Trump termasuk pemberlakuan tarif universal sebesar 10% untuk seluruh impor ke AS, disertai dengan tarif tambahan yang cukup fantastis ke China sampai ratusan persen membuat kekhawatiran perang dagang kian memanas.
Apalagi tarif resiprokal juga diumumkan pada lebih dari 160 negara, tetapi hanya berselang beberapa hari tidak jadi diterapkan dan saat ini memasuki fase negosiasi selama 90 hari.
Meskipun tekanan tarif sudah mulai mereda, tetapi tidak menutup kemungkinan kebijakan agresif soal tarif ini masih bisa memicu perang dagang terhadap negara mitra, terutama pada China yang secara tegas akan melawan.
Hal ini kemudian memberikan tekanan pada kondisi ekonomi AS, di mana peluang mengalami resesi melonjak sampai lebih dari 50%.
Dibandingkan inflasi, kini AS juga terancam mengalami stagflasi, di mana kondisi inflasi tetap panas, ekonomi melambat, dan tingkat pengangguran naik.
Sejumlah tekanan eksternal itu pun berdampak pada IHSG. Sepanjang 100 hari pertama Trump, indeks pasar saham RI sempat mengalami trading halt dua kali.
Trading halt pertama pada tahun ini terjadi pada 18 Maret lalu di sesi 1 dengan penurunan lebih dari 5%, sehingga perdagangan harus dihentikan selama 30 menit.
Berikut pada 8 April lalu, IHSG kembali dibuka dengan penurunan lebih tajam sampai 8% dan memaksanya harus mengalami trading halt lagi.
Masa-masa ini bisa dibilang menjadi momen terpuruk IHSG sejak lima tahun lalu atau bertepatan krisis akibat pandemi Covid-19.
Akibat itu, net foreign sell terjadi secara masif. Kami juga menghitung selama kurang lebih 100 hari dari penutupan 19 Januari 2025. IHSG telah mengalami arus keluar dana asing di keseluruhan pasar saham mencapai Rp47,95 triliun.
Dari grafik di atas terlihat bahwa secara harian lebih banyak terjadi net sell, sementara net buy hanya terjadi sebanyak 12 kali. Paling banyak hanya pada 26 Maret lalu sebanyak Rp2,5 triliun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.(tsn/tsn)