Wajib Tahu! Ini 5 Tradisi Merayakan Waisak di RI

7 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia- Di bawah cahaya purnama yang bulat sempurna, ribuan umat Buddha di seluruh Indonesia melangkah dalam keheningan. Hari Raya Waisak 2569 BE yang jatuh pada 12 Mei 2025 adalah perayaan spiritual, budaya, sekaligus sosial yang menyatukan detik-detik suci kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Buddha Gautama.

Waisak di Indonesia bukan hanya seremoni keagamaan. Ia adalah peristiwa lintas generasi yang membentang dari Candi Borobudur hingga Vihara di perkotaan, menyentuh batin dan menghidupkan kembali ajaran welas asih dalam rupa yang beragam.

Berikut lima tradisi khas Waisak yang mencerminkan kekayaan spiritual dan budaya Indonesia:

1. Pradaksina: Jalan Kaki dari Candi Mendut ke Borobudur

Ini adalah prosesi utama dan paling sakral. Ribuan umat Buddha berjalan kaki sejauh 3 km dari Candi Mendut ke Candi Borobudur, membawa api Dharma, air berkah, bunga sedap malam, dan hasil bumi.
Ritual ini bukan hanya ziarah fisik, tetapi juga perjalanan batin menuju pencerahan. Umat melantunkan Parita Suci sambil berjalan, menyatu dalam ketenangan dan ketulusan niat.
Puncaknya adalah Detik Waisak pukul 23:55:29 WIB saat bulan purnama berada di titik tertinggi.

2. Pelepasan Ribuan Lampion di Langit Borobudur

Sebanyak 2.569 lampion diterbangkan ke langit pada malam Waisak, melambangkan tahun Buddhis ke-2569.
Lampion-lampion ini membawa harapan, doa, dan cita-cita umat agar dunia lebih damai dan penuh welas asih.
Prosesi ini menjadi daya tarik bagi wisatawan dan menjadi simbol visual paling dikenal dari Waisak di Indonesia.

3. Tradisi Thudong: Ziarah Jalan Kaki Para Bhikkhu

Ratusan bhikkhu dari negara ASEAN melakukan Thudong, berjalan kaki ratusan hingga ribuan kilometer menuju Borobudur.
Tanpa kendaraan, tanpa harta, mereka menapaki bumi dalam kesunyian sebagai praktik spiritual meneladani Sang Buddha.
Tahun ini, Thudong menempuh rute Thailand- Malaysia- Sumatera- Jawa, disambut hangat oleh masyarakat di setiap kota yang dilewati.

4. Festival Candi Muaro Jambi: Lampion dan Budaya Lokal

Di Provinsi Jambi, Candi Muaro Jambi menjadi pusat perayaan Waisak Sumatera.
Lebih dari 1.000 biksu berkumpul dan melepas lampion, sambil menikmati festival seni, sastra, dan bazar kuliner khas Jambi.
Ini adalah bentuk pelestarian budaya sekaligus penghormatan terhadap sejarah panjang agama Buddha di wilayah itu.

5. Rangkaian Sosial dan Sakral: Api, Air, dan Bakti

Waisak 2025 dimulai sejak awal Mei dengan karya bakti di Taman Makam Pahlawan (4 Mei) dan pengobatan gratis di Borobudur (10-11 Mei).
Simbol-simbol suci juga diambil dari alam Api Dharma dari Mrapen dan Air Berkah dari Umbul Jumprit, kemudian disakralkan di Candi Mendut.
Tradisi ini menegaskan bahwa spiritualitas sejati juga diwujudkan dalam kepedulian sosial.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

(emb/emb)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |