Usai Kebakaran, Pabrik Tembaga Freeport Ditarget Beroperasi Juni 2025

3 weeks ago 14

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membeberkan bahwa PT Freeport Indonesia (PTFI) berkomitmen untuk merampungkan perbaikan fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter) tembaga terbarunya pada Juni 2025 mendatang. Hal itu menyusul kejadian kebakaran pada smelter tembaga terbaru PTFI di Gresik, Jawa Timur pada Oktober 2024 lalu.

Dengan demikian, diharapkan mulai Juni mendatang, smelter tembaga kedua Freeport ini mulai beroperasi kembali.

Bahlil menyebutkan, pihaknya telah menerima pernyataan dari PTFI atas janji penyelesaian pabrik tembaga tersebut.

"Alhamdulillah kemarin kita sudah memutuskan dengan jalan tengah bahwa pabrik itu akan selesai di bulan Juni (2025) dan Freeport sudah membuat pernyataan dan laporan dari polisi maupun dari asuransi juga sudah ada," katanya saat ditemui di sela acara Indonesia Economic Summit di Jakarta, Rabu (19/2/2025).

Lebih lanjut, Bahlil menegaskan pihaknya akan terus memastikan agar pabrik tersebut bisa berjalan sesuai dengan target yang sudah ditentukan.

"Bagi saya sebagai Menteri ESDM adalah bagaimana memastikan agar pabrik itu segera berjalan," tegasnya.

Selain itu, Bahlil juga memberikan sinyal akan merestui izin relaksasi ekspor konsentrat tembaga PTFI yang berakhir sejak 31 Desember 2024 lalu.

Bahlil mengatakan, pemerintah dengan PTFI sudah melakukan pembicaraan dan menemukan jalan tengah dengan memberikan ruang untuk melakukan ekspor konsentrat tembaga secara bertahap.

Bahlil menjelaskan, pertimbangan pemerintah untuk memberikan ruang relaksasi izin ekspor konsentrat tembaga di Indonesia lantaran PTFI sendiri berkontribusi besar dalam memberikan pemasukan negara.

Selain itu, Bahlil mengatakan ada potensial kehilangan pendapatan negara bila PTFI tidak melakukan produksi tembaga lantaran tidak bisa diekspor. Ditambah, Bahlil menyebutkan ada potensi ribuan karyawan yang dirumahkan imbas dari belum bisa berjalannya fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter) tembaga terbaru PTFI.

"(Solusi) win-winnya adalah bagaimana agar produksi daripada Freeport kita berjalan karena kalau enggak nanti karyawan puluhan ribu itu akan dirumahkan. Dan yang kedua adalah potensi untuk kemudian pendapatan Freeport dan negara juga akan menjadi loss. Tapi di sisi lain, bagi saya sebagai menteri ESDM adalah bagaimana memastikan agar pabrik itu segera berjalan," bebernya.

Kendati diberikan ruang untuk bisa mengekspor konsentrat tembaga, Bahlil menyebutkan hal itu juga diiringi dengan sanksi yang diberikan untuk PTFI lantaran sudah melebihi batas waktu ekspor konsentrat tembaga yang diberikan oleh pemerintah hingga 31 Desember 2024 lalu.

Bahlil menyebutkan sanksi yang diberikan oleh pemerintah adalah memberikan pajak ekspor yang lebih tinggi sehingga bisa menyetorkan pendapatan untuk negara imbas dari keterlambatan yang dilakukan oleh PTFI.

"Sanksinya kita memberikan adalah pajak ekspornya kita naikkan. Jadi dia membayarkan negara lebih besar daripada sebelumnya," tandas Bahlil.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pemerintah Pertimbangkan Buka Keran Ekspor Konsentrat Freeport

Next Article Punya Pabrik Raksasa, Bos MIND ID: RI Bisa Jadi Pusat Industrialisasi

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |