Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi memberikan izin ekspor konsentrat tembaga kepada PT Freeport Indonesia (PTFI) selama enam bulan.
Keputusan ini dituangkan dalam Peraturan Menteri ESDM No. 6/2025 tentang Perubahan atas Permen ESDM No. 6/2024 tentang Penyelesaian Pembangunan Fasilitas Pemurnian Mineral di Dalam Negeri.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan bahwa pemerintah akan memberikan perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga kepada PTFI. Namun, izin ekspor ini hanya berlaku selama enam bulan.
"Hanya untuk jangka waktu 6 bulan, selama Permen nomor 6 tahun 2025," kata dia saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (6/3/2025).
Yuliot menegaskan bahwa perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga ini diberikan karena adanya keadaan kahar yang dihadapi perusahaan. Sehingga, apabila tidak ada kegiatan ekspor, operasional di hulu dapat terhenti.
Hal ini lantas berpotensi menghambat proses produksi dan berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Jadi kan kalau ini tidak dilakukan ekspor untuk kondisi kahar. Itu justru ini akan terhenti kegiatan produksi di hulunya. Kalau ini terhenti di hulu berarti ini kan akan menghambat proses dan juga ada PHK," kata dia.
Seperti diketahui, berdasarkan Peraturan Menteri ESDM sebelumnya, izin ekspor konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia hanya berlaku sampai 31 Desember 2024. Mulai 1 Januari 2025 seharusnya PT Freeport Indonesia hanya menjual atau mengekspor produk katoda tembaga yang merupakan hasil pemurnian dari fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter).
Namun, karena terjadi insidennya kebakaran di unit fasilitas Common Gas Cleaning Plant di Smelter
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, pada Oktober 2024 lalu, maka operasional smelter ini berhenti sementara.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas sempat mengatakan, pihaknya berencana memulai kembali uji coba (commissioning) fasilitas smelter Manyar ini pada pertengahan Maret 2025.
Menurut dia, proses testing atau commissioning dan pre-commissioning akan berlangsung dari pertengahan Maret hingga minggu ketiga Juni 2025.
Sementara itu, kapasitas produksi nantinya akan ditingkatkan secara bertahap. Dimulai pada akhir Juni, di mana kapasitas produksi dapat mencapai 40%. Kemudian meningkat bertahap hingga ditargetkan bisa mencapai 100% pada Desember 2025.
"Mulai bisa ramp up produksi di minggu keempat bulan Juni sebesar dengan kapasitas masih 40%, kemudian di Agustus 50%, September 60%, Oktober 70%, November 80%, baru 100% di Desember," kata Tony dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR RI, Rabu (19/2/2025).
Tony menjelaskan bahwa kebakaran terjadi di fasilitas Common Gas Cleaning Plant. Insiden ini menyebabkan kerusakan parah pada Wet Electro-Static Precipitator (WESP) serta beberapa ducting dan valves yang terintegrasi dengan sistem tersebut.
Ia lantas menjelaskan proses produksi dalam smelter tersebut, dalam proses produksi konsentrat dibakar di dalam tungku atau furnace yang menghasilkan emisi gas SO2. Gas lalu ditangkap dan dibersihkan di fasilitas Common Gas Cleaning Plant sebelum dialirkan ke pabrik pengolahan asam sulfat.
"SO2 ini adalah gas yang berbahaya, sehingga tidak bisa diemisikan begitu saja ke udara, ini harus ditangkap untuk dibersihkan terlebih dahulu, yaitu fasilitas yang menangkap dan membersihkan yaitu Common Gas Cleaning Plant yang terbakar," kata Tony.
Tony mengatakan, pihaknya menargetkan volume konsentrat yang dapat diekspor mencapai 1,3 juta ton hingga akhir 2025.
"Harapan kita adalah kita tetap bisa ekspor Sampai akhir tahun totalnya 1,3 juta. Tapi kalau pemerintah kemudian Memutuskannya Berbeda sama permintaan Kita kan boleh-boleh saja," ujarnya.
Mengutip bahan paparan PTFI, investasi kumulatif untuk proyek smelter PTFI di Gresik mencapai Rp 58 triliun atau sekitar US$ 3,67 miliar. Proyek ini merupakan pemenuhan komitmen PTFI terhadap Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang diterbitkan pada tahun 2018.
Proyek smelter dengan desain single line terbesar di dunia ini memiliki kapasitas pengolahan 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan memproduksi sekitar 600.000-700.000 katoda tembaga per tahun.
Bersama dengan smelter pertamanya yang dikelola PT Smelting Gresik, kedua smelter milik PT Freeport Indonesia ini akan memurnikan total 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun, dan menghasilkan 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 200 ton perak.
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Pemerintah Pertimbangkan Buka Keran Ekspor Konsentrat Freeport
Next Article Sempat Kebakaran, Pabrik Tembaga Raksasa RI Beroperasi 100% Mid 2025