Jakarta, CNBC Indonesia - Lebaran memang identik dengan momen kumpul keluarga dan silaturahmi. Namun, bagi sebagian orang, momen ini justru memicu stres emosional akibat pertanyaan sensitif seperti "kapan nikah?", "kerja di mana?", hingga "sudah punya rumah?"
Psikolog dari IPB University Nur Islamiah, MPsi, PhD, atau akrab disapa Bu Mia mengingatkan, perubahan rutinitas, tekanan sosial, hingga ekspektasi budaya saat Lebaran bisa berdampak pada kesehatan mental. Terlebih, kata ia, ketika harus terus berinteraksi dengan banyak orang, seperti menerima tamu tanpa jeda atau memenuhi berbagai undangan.
"Kita tidak punya kewajiban untuk menyenangkan semua orang. Penting untuk mengenali batas psikologis diri agar tidak kelelahan," jelas Mia dalam keterangan resminya dikutip dari website resmi IPB University, Selasa (1/4/2025) .
Menurutnya, penting untuk mengatur ekspektasi pribadi dan menetapkan batas psikologis (psychological boundaries). Ini bisa dimulai dari memilih percakapan yang ingin diikuti hingga memberi ruang untuk menyendiri sejenak tanpa rasa bersalah.
"Menarik diri sejenak bukan berarti tidak menghargai orang lain. Ini justru cara menjaga diri agar tetap sehat secara emosional," lanjutnya.
Mia juga menyarankan agar pertanyaan-pertanyaan pribadi dijawab dengan kalimat diplomatis dan singkat, semisal: "Masih dalam proses, mohon doanya ya."
Kalimat semacam itu cukup untuk menjaga privasi tanpa harus menjelaskan terlalu dalam, sekaligus tetap menjaga suasana tetap hangat.
Ia pun menegaskan pentingnya menyeimbangkan waktu untuk berkumpul dan waktu untuk diri sendiri. Seperti, dengan bangun lebih pagi untuk menikmati ketenangan atau menyendiri sebentar di kamar. Jika merasa lelah atau emosi mulai terganggu, jangan abaikan.
"Validasi perasaan tersebut penting, termasuk dengan mengambil waktu untuk berjalan kaki, berwudhu, atau beribadah secara lebih tenang," ujarnya.
Bagi yang menjalani Lebaran seorang diri, perasaan sepi bisa semakin terasa. Mia menyarankan untuk tetap menjalin koneksi emosional melalui panggilan video atau chat dengan orang terdekat.
"Merasa hampa saat melihat orang lain berkumpul itu wajar. Jangan memendam semuanya sendiri," katanya.
Mia menekankan bahwa Lebaran bukan ajang untuk terlihat paling bahagia atau paling sukses.
"Kita tidak harus selalu kuat. Memberi ruang untuk diri sendiri justru merupakan bentuk kekuatan emosional yang matang," ujarnya menutup.
(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Produk Kosmetik Lokal Menjamur, Peluang Bisnis Makin Cuan
Next Article Kapan Hari Raya Idulfitri (Lebaran) Tahun 2025 Versi Pemerintah?