The Fed Bikin Cemas, Investor Juga Dibuat Ketar-Ketir Data Ekonomi RI

3 weeks ago 11
  • Pasar keuangan RI kemarin kembali ke zona merah lagi, IHSG ambruk lebih dari 1%, rupiah melemah, obligasi kembali dijual investor.

  • Wall Street kembali berpesta pora, S&P juga kembali mencetak rekor

  • Pasar keuangan hari ini masih akan dipengaruhi prospek suku bunga the Fed dan menanti sejumlah data, seperti suku bunga China sampai Neraca Pembayaran RI.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI pada sepanjang perdagangan kemarin Rabu (19/2/2025) berbalik arah ke zona merah lagi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga rupiah ambruk.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan menghadapi tekanan baik dari eksternal ataupun internal. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini. Agenda ekonomi dan korporasi bisa dibaca pada halaman 4 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup anjlok 78,68 poin atau 1,14% ke posis 6.794,8. Depresiasi kemarin mengakhiri posisi penguatan IHSG selama tiga hari.

Ada sebanyak 218 saham terpantau naik, 361 saham turun, dan 216 saham stagnan. Adapun total nilai transaksi di bursa kemarin mencapai Rp 11,62 triliun. Volume perdagangan sebanyak 19,14 miliar saham dengan frekuensi sebanyak 1.232.665 kali.

Mayoritas sektor saham rontok pada penutupan pasar kemarin. Pelemahan terdalam terjadi pada sektor keuangan sebesar 1,6%. Diikuti pelemahan di sektor kesehatan 1%, sektor properti 0,8%, sektor infrastruktur 0,7%, dan sektor barang konsumsi primer 0,6%.

Beralih ke pasar nilai tukar, rupiah juga terpantau kembali melemah.

Merujuk data Refinitiv, mata uang Garuda berakhir di posisi Rp16.330, melemah 0,37% dalam sehari. Ini menandai rupiah sudah melemah dua hari beruntun.

Pelemahan itu membuat depresiasi selama seminggu ini melebar menjadi 0,48%. Jika pelemahan berlarut-larut, pekan ini rupiah bisa ditutup di zona merah, mengakhiri posisi penguatan yang bertahan dua pekan beruntun.

Pelemahan rupiah dan IHSG ini seiring dengan respon pelaku pasar yang mengantisipasi keputusan bank sentral RI yang menahan suku bunga kemarin.

Bank Indonesia (BI) diketahui menahan suku bunga acuan atau BI rate pada level 5,75%. Suku bunga Deposit Facility juga tetap menjadi sebesar 5% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

"Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga agar perkiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran yang ditetapkan pemerintah yaitu 2,5 plus minus 1%," ungkap Perry dalam konferensi pers, Rabu (19/2/2025).

Selanjutnya, ke pasar surat utang terpantau juga masih kontraksi.

Mengutip data Refintiv pada perdagangan kemarin, yield obligasi acuan RI bertenor 10 tahun melonjak ke 6,85% atau tertinggi dalam tujuh hari.

Sebagai catatan, pergerakan yield pada surat utang itu berlawanan arah dengan harga. Maka, dengan naiknya yield ini menunjukkan bahwa harga sedang terkoreksi.

Pages

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |