Tetangga RI Waspada, China Murka Langsung Kerahkan Pasukan

3 days ago 9

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan China dan Filipina kian memanas dalam pertarungan di Laut China Selatan. Militer China mengatakan telah melakukan patroli di area tersebut sejak Jumat (28/3) waktu setempat.

Tindakan tersebut terjadi setelah Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menegaskan kembali komitmen Washington terhadap Manila, yang membantah beberapa klaim Beijing di jalur perairan tersebut.

Juru bicara Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) menyinggung sikap Filipina yang kerap meminta bantuan negara asing untuk menyelenggarakan patroli bersama.

Ia juga menyoroti Filipina yang dinilai secara 'ilegal' mengklaim wilayah Laut China Selatan, sehingga menimbulkan ketidakstabilan di perairan tersebut, dikutip dari Reuters, Sabtu (29/3/2025).

Hegseth bertemu dengan mitranya Gilberto Teodoro dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr pada Jumat (28/3) kemarin di Manila. Kunjungan itu merupakan bagian dari lawatannya ke Asia. Nantinya, Hegseth juga akan bertandang ke Jepang.

Pada hari yang sama, AS, Jepang, dan Filipina mengadakan latihan angkatan laut di Laut Cina Selatan. Kedutaan Besar Filipina di Beijing tidak segera menanggapi permintaan komentar melalui email.

China mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan yang dilalui perdagangan senilai US$3 triliun setiap tahunnya. Klaim itu tumpang tindih dengan klaim kedaulatan oleh Filipina, Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Brunei.

China Larang Filipina Bermain Api

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri China memperingatkan Filipina agar tidak "bermain api" dengan memperdalam aliansi pertahanannya bersama AS. China mengklaim bahwa langkah tersebut dapat memperburuk ketegangan di kawasan Asia-Pasifik.

China dan Filipina selama bertahun-tahun terlibat dalam sengketa wilayah di Laut China Selatan, yang beberapa kali berujung pada bentrokan antara angkatan laut kedua negara. Sebagai sekutu strategis, AS memiliki komitmen untuk melindungi Filipina berdasarkan perjanjian pertahanan bersama antara kedua negara.

Sejak April 2023, militer AS telah menempatkan sistem rudal Mid-Range Capability (MRC), atau dikenal sebagai Typhon, di wilayah Filipina. Sistem rudal ini memiliki jangkauan hingga 1.000 mil (sekitar 1.600 km), yang membuat wilayah pesisir timur dan selatan China berada dalam jangkauannya.

Hingga saat ini, tidak ada tanda-tanda bahwa AS akan menarik sistem rudalnya dari Filipina. Sebaliknya, kedua negara telah sepakat untuk mempertahankannya "tanpa batas waktu," yang memicu kemarahan China. Beijing mengecam penempatan senjata strategis ofensif ini sebagai "langkah yang sangat berbahaya."

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatakan bahwa segala bentuk kerja sama pertahanan dan keamanan Filipina dengan negara lain, termasuk AS, tidak boleh mengancam pihak ketiga atau merugikan kepentingan mereka.

"Fakta telah berulang kali membuktikan bahwa tidak ada kebaikan yang muncul dari membuka pintu bagi pemangsa," kata Guo pada Rabu (26/3) pekan ini.

Guo juga mengomentari pernyataan Duta Besar Filipina untuk AS, Jose Manuel Romualdez, yang menyebut bahwa Filipina ingin memperkuat militernya melalui kerja sama dengan sekutu-sekutunya. Selain AS, Filipina juga meningkatkan kerja sama militer dengan Jepang dan Australia. Keempat negara telah menggelar latihan militer bersama di perairan sengketa.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Intip Fasilitas Posko Mudik BUMN BRI di Bandara Soetta

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |