Terungkap Alasan China Makin Kuat Usai Diblokir Total Trump

6 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) makin ketat melakukan pembatasan ekspor teknologi canggih, termasuk chip AI, ke China. Kendati demikian, upaya pemerintahan Donald Trump untuk melumpuhkan pengembangan teknologi China tak juga berhasil.

China terus membuktikan diri dalam inovasi AI di tengah gempuran blokir dari AS. Dua raksasa teknologi China, Tencent dan Baidu, mengungkap rahasia mereka tetap bertahan dan melesat dalam pengembangan AI.

Metode bisnisnya meliputi penimbunan chip, pengembangan model AI yang lebih efisien, serta menggunakan semikonduktor buatan dalam negeri.

Martin Lau, presiden Tencent (WeChat) mengatakan perusahaannya memiliki stok chip yang cukup banyak yang telah dibeli sebelumnya. Ia merujuk pada unit pemrosesan grafis (GPU), jenis semikonduktor yang telah menjadi standar emas untuk melatih model AI berskala besar.

Sebagai informasi, model-model AI memerlukan daya komputasi yang kuat yang dipasok oleh GPU untuk memroses data dalam jumlah besar.

Namun, Lau mengatakan perusahaan berupaya memanfaatkan GPU yang tersedia semaksimal mungkin. Hal ini bertentangan dengan keyakinan perusahaan-perusahaan AS bahwa kluster GPU perlu diperluas untuk menciptakan AI yang lebih canggih.

Tencent diklaim mampu mencapai hasil pelatihan yang baik dengan kelompok chip yang lebih kecil.

"Pendekatan ini membantu kami untuk melihat inventaris chip kelas atas yang kami miliki memaksimalkannya dalam melanjutkan pelatihan model kami untuk beberapa generasi mendatang," kata Lau, dikutip dari CNBC International, Selasa (27/5/2025).

Mengenai inferensi, yakni proses pelaksanaan tugas AI yang sebenarnya alih-alih sekadar pelatihan, Lau mengatakan Tencent menggunakan optimalisasi software untuk meningkatkan efisiensi, agar dapat menggunakan jumlah GPU yang sama dalam menjalankan fungsi tertentu.

Lau menambahkan perusahaan juga tengah mempertimbangkan penggunaan model yang lebih kecil dan tidak memerlukan daya komputasi yang besar. Selain itu, Tencent juga menggenjot pemanfaatan chip yang saat ini tersedia di China.

"Saya pikir ada banyak cara agar kita dapat memenuhi kebutuhan inferensi yang terus berkembang dan tumbuh. Kita hanya perlu terus mengeksplorasi tempat-tempat ini dan menghabiskan lebih banyak waktu di sisi software, daripada hanya membeli GPU secara paksa," kata Lau.

Pendekatan 'Google' China

Baidu yang digadang-gadang sebagai 'Google' China, memiliki pendekatan serupa tapi tak sama. Baidu menggembar-gemborkan kapabilitas yang disebut "tumpukan penuh", yakni penggabungan infrastruktur cloud, model AI, serta aplikasi aktual berdasarkan model tersebut, seperti chatbot ERNIE.

"Bahkan tanpa akses ke chip tercanggih, kapabilitas AI tumpukan penuh kami yang unik memungkinkan kami membangun aplikasi yang kuat dan memberikan nilai yang berarti," kata Dou Shen, presiden cloud AI Baidu, dalam laporan kinerja perusahaan pada pekan ini.

Baidu juga menggembar-gemborkan pengoptimalan software dan kemampuan untuk menurunkan biaya menjalankan modelnya, karena memiliki banyak teknologi dalam tumpukan itu.

Manajemen Baidu juga berbicara tentang efisiensi yang memungkinkan perusahaan mendapatkan lebih banyak dari GPU yang dimilikinya.

"Dengan model dasar yang mendorong kebutuhan akan daya komputasi yang besar, kemampuan untuk membangun dan mengelola kluster GPU skala besar dan memanfaatkan GPU secara efektif telah menjadi keunggulan kompetitif utama," kata Shen.

Eksekutif Baidu juga memuji kemajuan yang dibuat oleh perusahaan teknologi domestik China dalam semikonduktor AI. Menurutnya, langkah ini akan membantu mengurangi dampak pembatasan chip AS.

"Chip mandiri yang dikembangkan di dalam negeri, bersama dengan tumpukan software lokal yang makin efisien, akan bersama-sama membentuk fondasi yang kuat untuk inovasi jangka panjang dalam ekosistem AI China," kata Shen.

Ambisi Chip China

China telah berusaha melepas ketergantungan terhadap AS dengan mengembangkan desain chip secara mandiri selama beberapa tahun belakangan. Mayoritas pakar menyebut China saat ini memang belum bisa menandingi kemampuan AS dalam hal pengembangan GPU dan chip AI.

Namun, China sudah memiliki beberapa keahlian yang bisa dikembangkan lebih lanjut. Analis dari Gartner, Gaurav Gupta, mengatakan strategi penimbunan chip merupakan salah satu cara perusahaan China untuk menanggulangi dampak pembatasan ekspor dari AS.

Secara bersamaan, tampak pengembangan pesat di industri chip lokal buatan China.

"China juga telah mengembangkan ekosistem semikonduktor domestiknya sendiri, mulai dari bahan hingga peralatan, chip, dan pengemasan. Berbagai segmen telah menunjukkan peningkatan. Hal ini memperlihatkan konsistensi China, dan harus diakui bahwa mereka telah mencapai keberhasilan yang lumayan," kata Gupta kepada CNBC International.

"Hal ini memberikan jalan bagi mereka untuk mendapatkan chip AI, yang mungkin belum dapat bersaing dengan chip dari para pemimpin chip AS, tetapi terus mengalami kemajuan," ia menambahkan.

Banyak eksekutif AS telah mendesak Washington untuk membatalkan pembatasan ekspor mengingat kemajuan China yang kian 'mengkhawatirkan'. CEO Nvidia Jensen Huang menyebut pembatasan tersebut sebagai "kegagalan" pada pekan ini, dengan mengatakan bahwa pembatasan tersebut lebih merugikan bisnis AS daripada China.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Gak Cuma Saol Harga Murah, Begini Persaingan Pasar Smart TV RI

Next Article Video: Ancaman Siber Masif di 2025, Pemerintah Didesak Benahi Regulasi

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |