Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan global yang masih tinggi membuat mata uang Garuda melemah pada sepanjang pekan ini.
Merujuk data Refinitiv, rupiah pada penutupan perdagangan Jumat kemarin (21/2/2025) menguat 0,15% ke posisi Rp16.300/US$.
Sayangnya, penguatan dalam harian tersebut belum mampu menghapus pelemahan yang terjadi dalam sepekan sebesar 0,28%.
Pelemahan dalam sepekan ini mengakhiri tren penguatan rupiah dalam dua pekan beruntun.
Dalam sepekan ini tantangan rupiah datang lebih banyak dari eksternal, meskipun Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan.
Tantangan eksternal, terutama datang dari sikap The Fed yang masih hawkish, ditambah rencana tarif trump ke mobil, semikonduktor, sampai obat-obatan.
Sebagaimana diketahui, pada Kamis kemarin the Fed mengeluarkan risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Dalam risalah FOMC periode Januari tersebut, The Fed sepakat bahwa mereka perlu memastikan jika inflasi bisa turun lebih tajam sebelum menurunkan suku bunga lebih lanjut.
Mereka juga mengungkapkan kekhawatiran tentang dampak tarif Presiden Donald Trump yang dapat memengaruhi pencapaian tersebut.
Komite FOMC mencatat bahwa kebijakan saat ini "jauh lebih tidak restriktif" dibandingkan sebelum pemangkasan suku bunga. Hal ini memberikan waktu bagi anggota untuk mengevaluasi kondisi sebelum membuat langkah-langkah tambahan.
Anggota FOMC mengatakan bahwa kebijakan saat ini memberikan mereka lebih banyak"waktu untuk menilai prospek aktivitas ekonomi, pasar tenaga kerja, dan inflasi yang berkembang. Sebagian besar dari mereka mengarah pada sikap kebijakan yang masih restriktif.
Pandangan anggota FOMC juga menunjukkan bahwa selama ekonomi tetap mendekati tingkat pekerjaan maksimum, mereka ingin melihat kemajuan lebih lanjut dalam inflasi sebelum memangkas suku bunga lebih lanjut.
Mereka melihat adanya potensi perubahan kebijakan yang dapat membuat inflasi tetap di atas target Fed.
Presiden AS Donald Trump sudah memberlakukan beberapa tarif dan terus mengancam untuk memperluasnya.
Dalam pernyataan kepada wartawan pada Selasa (18/2/2025), Trump mengatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan tarif 25% untuk mobil, produk farmasi, dan semikonduktor yang akan meningkat sepanjang tahun.
Saat ini, dengan kondisi rupiah yang kembali melemah ini membawa posisinya menjadi yang paling tertekan di Asia.
Di sisi lain, Jepang menjadi penguasa mata uang sepekan ini di Asia, dengan penguatan yen hingga 2%. Hal ini memang seiring dengan tren kenaikan suku bunga yang terjadi, ditopang oleh penguatan upah dan inflasi yang masih ketat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)